Pages

Monday, July 11, 2016

hahahaha

24 April 2016.
Lengang.Hari sudah menjelang sore.Adzan ‘ashar sebentar lagi akan berkumandang tetapi matahari yang condong ke barat tak sedikitnya berkurang teriknya.Sepi.Semua sedang asyik menikmati mimpi-mimpi mereka.Terlelap dalam pangkuan ranjang yang nyaman.Hanya aku yang tersisa dalam geming angan.Memulai menggerakkan jemarinya di atas keyboard  leptop salah satu teman kontrakanku.Si putih (baca:leptopku) sendiri sedang sekarat tak berdaya untuk bangun sehingga aku membiarkannya.
Aku Yania yang telah lama meninggalkan kebiasaan menulisnya sejak entah tahun purbanya.Seingatku aku hanya menulis saat mengalami kejadian-kejadian tertentu,tetapi dulu hampir setiap malam jemariku menari-nari di atas keyboard.Entahlah malam-malam itu apa saja yang aku tulis.Aku masih ingat kejadian semalam dengan jelas yang membuatku membingkai kata-kata saat ini.Dengan mencurahkannya melalui tulisan dan doa aku merasa sedikit  lega.Barangkali juga dengan curhat dan berkisah dengan teman lama akan mengurangi kegelisahan hatiku.Tapi bagaimana aku harus bercerita?sahabat lamaku ada diseberang.Di kampus yang berbeda dengan setumpuk kesibukannya.Aku tak bisa mengganggunya.Aku hanya bisa berbagi dengannya ketika dia benar-benar dalam kondisi yang baik,tidak lelah dan yang pasti ada disampingku.Karena buatku berbagi kisah jika tanpa tatap muka itu tidak diindahkan,terasa berbeda dan aku sama dengannya.Ketika bertemu itulah waktu kita.Waktu bersama berbagi segalanya.Namanya Meme.
Aku di Malang kota lho
bajunya udah a?
mampir kontrakanku donk
Sms ku meluncur ke nomor yang bertuliskan Memeku.
Aku UTS say...
banyak tugas kelompok.
Minggu depan mungkin bisanya.
bajunya udah,maaf ya say...
kangen ya hihihihi ... :P :)
Begitu balasannya.Aku mendengus kesal.Ah dia sibuk.Kasihan.Pikiranku berbaik hati.Kembali menghamburkan tubuh letih ini di ranjangku.Kamar yang lengang,tak ada suara,tak ada sorot cahaya.Tirai kamar sempurna menutup celah masuknya cahaya.Kembali mengingat-ingat kejadian semalam.Boleh dibilang itu bukan kejadian yang spektakuler.Hanya saja itu membuatku berpikir banyak hal.Seperti itulah dia atau memang aku yang belum mengenalnya.Semalam dia datang.Tidak hanya menemuiku tapi juga menginginkan makan bersama denganku.Sayangnya aku sudah lebih dulu makan bersama dengan teman kontrakanku.Setelah kurang lebih satu bulan aku dan dia berkutat pada kehidupan masing-masing,aku di Malang dengan segala aktivitas ibu rumah tangga juga tugas akhirku di tingkat sarjana dan dia di Rembang entah dengan kesibukannya.Semalam di mulai dengan dering telepon itu.
“Aku di depan” Singkat,padat dan jelas.Aku hanya nyengir dan menjawab seadanya.
“Iya aku keluar” Dengan berbalut mukena setelah sholat maghrib aku menemuinya di luar.
Kemudian kita berjalan bersama untuk membeli sebungkus nasi goreng.Ia lapar dan aku menemaninya.Sampailah di kontrakanku.Aku memperhatikan wajahnya.Gurat yang kelelahan.Bagaimana tidak? Jum’at berangkat dari Rembang,sampai di Malang siang,istirahat sebentar,kemudian malamnya ada acara.Besoknya ada kegiatan Kartinian dan ia mendampingi siswa-siswi TK dan SD.Dari pagi hingga selesai beres-beres di sore hari.Ya dia.Dia yang tak kenal lelah.Dia yang banyak berjuang,memperjuangkanku terutama.Aku tahu.Hanya saja aku kurang mengapresiasinyadengan diam.Aku menghargainya dalam perasaanku.Entahlah.Yang jelas ia adalah seorang laki-laki yang kini dekat denganku.Namanya Anshori.Sepertiku juga,sebuah nama yang padat,singkat dan tidak bertele-tele.
Semalam adalah dia yang berbeda.Sosok yang dulu ku kenal entah hilang di telan apa.Dingin dan tak banyak berbicara.Sementara aku canggung dan malu ingin berbicang—bincang banyak dengannya.Seperti orang baru bagiku sekarang.Entahlah aku masih bingung mau menyampaikan bahasan kisah ataupun canda dari bibirku.Semua hanya tersangkut di tenggorokan.Tidak bersuara.Pita suara serasa enggan menghendakiku menyampaikannya.Sepanjang perjalanan membeli sebungkus nasi goreng tadi pun begitu.Diam tak banyak suara.Menyusuri jalan dengan pandangan masing-masing,sepi tidak ada kalimat yang berarti.Tak ada yang layak ingin diperbincangkan.Tapi dalam hatiku sebenarnya banyak yang ingin kusampaikan.Banyak yang ingin kuceritakan.Tapi semuanya enggan mau keluar melalui bibirku.
Tak seperti sebelum-sebelumnya yang sudah aku dan ia lalui.Bercanda tawa,berbagi cerita dan berbagi suka duka.Semalam tidak.Hanya satu-dua obrolan yang keluar.Aku tidak mengerti.Sebulan waktu yang bagiku cukup panjang untuk tidak bertemu dengannya.Hingga ku rasa hal itu merubah sikapnya kepadaku.Yang tadinya ramah,sekarang berubah bak es batu menghujam hatiku.Yang tadinya selalu memberikan cerita-ceritanya tak lagi ku dengar semalam.Entahlah hanya hal itu yang ku rasa.Aku tidak pernah mengerti apa yang dalam hati dan pikirannya.Sampai akhirnya waktu menunjukkan jam delapan malam.Ia bersiap untuk pulang ingin menjenguk temannya yang kurang enak badan.Ia kelelahan dan esok pagi-pagi masih harus melakukan perjalanan kembali ke Rembang.Aku sangat ingin berterima kasih karena mengunjungiku.Menyempatkan datang menengokku di antara jadwal-jadwal padatnya.Meluangkan waktunya yang beberapa jam untuk tahu seperti apa kabarku.Aku sungguh ingin berterima kasih dan ingin sekali mengatakannya.Tapi ku urungkan.Bibir terasa terkunci dan tidak mau menuruti hati.Setelah lama tak berjumpa itukah yang membuatku seperti itu aku juga tidak mengerti ataukah sikap dinginnya padaku.
Dia keluar melewati pintu yang tingginya hanya berjarak satu jengkal dari tinggi badannya.Aku sangat berharap dia melakukannya,seperti malam-malam sebelumnya.Dia akan mengatakan hal yang sama sebelum kita berpisah.Setelah berucap salam seperti biasa aku menjawabnya dan berpesan untuk berhati-hati di perjalanan pulang.Dan pastinya setelah ini aku akan mendengar tiga kata darinya.Tapi semalam tidak.Harapanku musnah sudah.Ada sesuatu yang teriris di dalam hati.Ada sesuatu yang mengganjal dalam tenggorokanku.Aku hanya menelan ludah.Aku hanya bisa membiarkan bulir—bulir itu jatuh setelah punggungnya hilang dari pandanganku.Aku terdiam.Aku tergugu.Entahlah malam itu menjadi malam yang panjang,malam yang sering ku resahkan dua,tiga malam ataupun lebih seperti sebelumnya.Tapi ini lebih dari itu.Aku terjaga hingga tengah malam dan baru bisa tertidur setelahnya.Tak bertahan lama dalam tidurku seperti ada yang membisikkan untuk menyuruhku bangun.Seperti biasanya sholat di sepertiga malam-Mu dan mengadu keluh kesahku.Hanya dengan-Nya aku tumpahkan rasa cinta yang ada di dalam hati,ku serahkan semua gundah gulanaku kepada-Nya sang Maha Mengetahui Segala Sesuatu.Aku pun sedikit merasa lega.Lelapku pun kembali hingga subuh menghampiri.
Pagi itu ku pastikan dia telah berangkat,mengendarai si Merahnya (baca :sepeda motor) entah sampai beberapa jam.
Kamu nggak secengeng dan serapuh ini.
Aku tahu kamu kuat dan katamu kamu cuek.
Kemana kamu?
Beberapa chatnya yang tersangkut di handphoneku.Lalu aku ingin menjawab ragu,tetapi dalam benakku sudah tertuliskan.
Dan juga kamu kemana?
Seseorang yang ku kenal sebelumnya
Sama saja kamu mengusirku
Apakah kamu meminta hatimu kembali?
Kalaupun aku pergi itu tak akan merubah apapun.
Aku sudah tak kuat lagi.Mungkin ini pertama kalinya aku mengalami hubungan jarak jauh.Aku takut.Ketakutanku pada hati yang ia titipkan,pada hatiku dan perasaanku sendiri.Aku takut di beri amanah seperti ini sementara ia jauh dariku.Aku takut pada ketakutanku sendiri.Aku mencoba memahami keinginannya untuk mengurangi komunikasi yang terlalu intens.Aku tahu alasannya sangat jelas.Aku berusaha mengerti semua itu.Aku juga berpikiran positif jika ia lakukan itu ada alasannya.Dan alasannya pasti baik tapi hatiku selalu gelisah.Bagaimana tidak?Hubungan ini terasa menggantung tidak jelas arahnya.Tiada kejelasan.Setidaknya kata-kata yang aku perlukan untuk meyakinkanku sudah cukup apalagi dengan sikap yang seperti semula itu lebih dari cukup untuk membuatku yakin bahwa kamulah orang yang benar-benar ingin menyandingku.Kamulah yang tepat bagiku.Kamu lah orang yang akan membimbingku dan menjalani kehidupan indah dengan janji-janji yang telah terpatri dahulu.Kamu lah yang akan meridhoiku menuju jalan-Nya.Tapi kalimat yang ku tunggu tak kunjung datang.Tetapi sikap mu sangat dingin terhadapku.Sungguh aku tak kuasa.h\Hati wanita ini lembut,kapan saja bisa tergores.Bayangkan saja sesuatu yang lembut itu di hantam gelombang yang besar,dihujam dengan pedang yang tajam dan semua itu aku rasakan.
Aku ingin menjaga jarak dengan semua.Semua
Apalagi cinta yang melebihi cinta kepada Nya itu tak diperbolehkan.
Masalahnya aku terlalu mencintaimu.Aku mengikatkan diriku padamu.
Aku tahu alasan itu yang membuatnya mungkin seperti ini.Tapi kadang hatiku masih belum bisa menerimanya.Aku tahu.Kau adalah milik-Nya,miliknya bukan milikku.Dia bukan barang yang bisa dimiliki.Aku pun tidak berani mengatakan apa-apa lagi,pesan yang terhantar ke ponselku hanya bisa ku baca atau terkadang ku biarkan saja.Takut jika itu kata yang menyinggung membuat hatiku sakit lagi dan takut terlalu berharap yang membuat hatiku terlalu bahagia.Aku takut itu yang akan terus terjadi.Jadi biarkanlah saja.Seperti yang pernah sempat ku baca dalam sebuah novel.Jatuh cinta itu INDAH.Bukan masalah harus memiliki.Jika setelahnya ada rasa kecewa,marah,benci,sedih dan penyesalan.Maka ia belum tahu apa artinya JATUH CINTA.
Entahlah dalam hatiku tidak tenang.Dan ingin sekali pergi berlabuh jauh ke depan.Menyongsong waktu dengan caraku.Dengan kesibukanku,ku tutup dengan semua impian besarku.Aku tak bisa menerima ketidakjelasan hubungan ini.Hubungan yang tak pernah ada kesepakatan kapan dimulainya dan seperti yang sudah-sudah tidak perlu ada kata perpisahan untuk mengakhirinya.Dia juga pernah mengatakannya.Soal hadiah yang aku sengaja berikan tapi belum bisa tersampaikan,dia dengan datarnya tak pernah menghargainya.Tak pernah tahu jerih payah membuatnya.Mungkin baginya tidak berharga.Tidak ada gunanya.Padahal disana ada kepingan perasaanku.Ada curahan hatiku,entahlah.Aku akan menyingkatnya.Hatiku telah sesak,hatiku sudah sakit dan saatnya melangkah.Sudah pernah kurasakan sebelumnya penyakit cinta.Sudah pernah ku lalui pedihnya dan aku bisa.Kenapa ini tidak.Aku mengenangnya dalam bingkaiku,dengannya aku pernah jatuh cinta.Dengannya aku sering melakukan kesalahan.Mencoba semuanya.Melakukan banyak hal yang tak terlukis lagi dengan kata-kata pujangga.
Aku memutuskan untuk pergi.Mengambil kesimpulan sendiri dengan menjalani kehidupanku.Masih ada angan dan impian besar yang selalu aku pegang dan tancapkan dalam hati.Masih ada masa depan di seberang sana.Kapalku harus berlabuh sejauh mata memandang.Kapal yang ku kemudikan ini sudah ku pasrahkan semua kepada-Nya.Hingga tangan Nya menerimaku dalam pelukan-Nya,dalam balutan rahim-Nya dan pasti ada puing yang tersisa untukku tentang jodoh,maut dan rezeki dari-Nya.Aku yakin itu.
Jika dia jodohku maka dekatkanlah.Jika ia bukan jodoh yang kau pilihkan untukku maka jauhkanlah.Berikan yang terbaik bagi hamba.Cerminanku dalam kehidupan di masa depan dan yang bersedia membimbingku menuju jalan-Mu.
Salah satu do’aku di setiap sepertiga malam-Mu.Dia akan memilihkan jalan terbaik untuk hambanya ini.Tapi aku selalu yakin dialah orangnya.Anshori.Aku tak bisa memungkirinya.

*End*

No comments:

Post a Comment