24 April 2016.
Lengang.Hari
sudah menjelang sore.Adzan ‘ashar sebentar lagi akan berkumandang tetapi
matahari yang condong ke barat tak sedikitnya berkurang teriknya.Sepi.Semua
sedang asyik menikmati mimpi-mimpi mereka.Terlelap dalam pangkuan ranjang yang nyaman.Hanya
aku yang tersisa dalam geming angan.Memulai menggerakkan jemarinya di atas keyboard leptop salah satu teman kontrakanku.Si putih
(baca:leptopku) sendiri sedang sekarat tak berdaya untuk bangun sehingga aku
membiarkannya.
Aku Yania
yang telah lama meninggalkan kebiasaan menulisnya sejak entah tahun
purbanya.Seingatku aku hanya menulis saat mengalami kejadian-kejadian
tertentu,tetapi dulu hampir setiap malam jemariku menari-nari di atas keyboard.Entahlah
malam-malam itu apa saja yang aku tulis.Aku masih ingat kejadian semalam dengan
jelas yang membuatku membingkai kata-kata saat ini.Dengan mencurahkannya
melalui tulisan dan doa aku merasa sedikit lega.Barangkali juga dengan curhat dan
berkisah dengan teman lama akan mengurangi kegelisahan hatiku.Tapi bagaimana
aku harus bercerita?sahabat lamaku ada diseberang.Di kampus yang berbeda dengan
setumpuk kesibukannya.Aku tak bisa mengganggunya.Aku hanya bisa berbagi
dengannya ketika dia benar-benar dalam kondisi yang baik,tidak lelah dan yang
pasti ada disampingku.Karena buatku berbagi kisah jika tanpa tatap muka itu
tidak diindahkan,terasa berbeda dan aku sama dengannya.Ketika bertemu itulah
waktu kita.Waktu bersama berbagi segalanya.Namanya Meme.
Aku di
Malang kota lho
bajunya
udah a?
mampir
kontrakanku donk
Sms ku
meluncur ke nomor yang bertuliskan Memeku.
Aku
UTS say...
banyak
tugas kelompok.
Minggu
depan mungkin bisanya.
bajunya
udah,maaf ya say...
kangen
ya hihihihi ... :P :)
Begitu
balasannya.Aku mendengus kesal.Ah dia sibuk.Kasihan.Pikiranku berbaik
hati.Kembali menghamburkan tubuh letih ini di ranjangku.Kamar yang lengang,tak
ada suara,tak ada sorot cahaya.Tirai kamar sempurna menutup celah masuknya
cahaya.Kembali mengingat-ingat kejadian semalam.Boleh dibilang itu bukan
kejadian yang spektakuler.Hanya saja itu membuatku berpikir banyak hal.Seperti
itulah dia atau memang aku yang belum mengenalnya.Semalam dia datang.Tidak
hanya menemuiku tapi juga menginginkan makan bersama denganku.Sayangnya aku
sudah lebih dulu makan bersama dengan teman kontrakanku.Setelah kurang lebih
satu bulan aku dan dia berkutat pada kehidupan masing-masing,aku di Malang
dengan segala aktivitas ibu rumah tangga juga tugas akhirku di tingkat sarjana dan
dia di Rembang entah dengan kesibukannya.Semalam di mulai dengan dering telepon
itu.
“Aku di
depan” Singkat,padat dan jelas.Aku hanya nyengir dan menjawab seadanya.
“Iya aku
keluar” Dengan berbalut mukena setelah sholat maghrib aku menemuinya di luar.
Kemudian
kita berjalan bersama untuk membeli sebungkus nasi goreng.Ia lapar dan aku
menemaninya.Sampailah di kontrakanku.Aku memperhatikan wajahnya.Gurat yang
kelelahan.Bagaimana tidak? Jum’at berangkat dari Rembang,sampai di Malang
siang,istirahat sebentar,kemudian malamnya ada acara.Besoknya ada kegiatan
Kartinian dan ia mendampingi siswa-siswi TK dan SD.Dari pagi hingga selesai
beres-beres di sore hari.Ya dia.Dia yang tak kenal lelah.Dia yang banyak
berjuang,memperjuangkanku terutama.Aku tahu.Hanya saja aku kurang
mengapresiasinyadengan diam.Aku menghargainya dalam perasaanku.Entahlah.Yang
jelas ia adalah seorang laki-laki yang kini dekat denganku.Namanya
Anshori.Sepertiku juga,sebuah nama yang padat,singkat dan tidak bertele-tele.
Semalam
adalah dia yang berbeda.Sosok yang dulu ku kenal entah hilang di telan
apa.Dingin dan tak banyak berbicara.Sementara aku canggung dan malu ingin
berbicang—bincang banyak dengannya.Seperti orang baru bagiku sekarang.Entahlah
aku masih bingung mau menyampaikan bahasan kisah ataupun canda dari
bibirku.Semua hanya tersangkut di tenggorokan.Tidak bersuara.Pita suara serasa
enggan menghendakiku menyampaikannya.Sepanjang perjalanan membeli sebungkus
nasi goreng tadi pun begitu.Diam tak banyak suara.Menyusuri jalan dengan
pandangan masing-masing,sepi tidak ada kalimat yang berarti.Tak ada yang layak
ingin diperbincangkan.Tapi dalam hatiku sebenarnya banyak yang ingin
kusampaikan.Banyak yang ingin kuceritakan.Tapi semuanya enggan mau keluar
melalui bibirku.
Tak
seperti sebelum-sebelumnya yang sudah aku dan ia lalui.Bercanda tawa,berbagi
cerita dan berbagi suka duka.Semalam tidak.Hanya satu-dua obrolan yang
keluar.Aku tidak mengerti.Sebulan waktu yang bagiku cukup panjang untuk tidak
bertemu dengannya.Hingga ku rasa hal itu merubah sikapnya kepadaku.Yang tadinya
ramah,sekarang berubah bak es batu menghujam hatiku.Yang tadinya selalu
memberikan cerita-ceritanya tak lagi ku dengar semalam.Entahlah hanya hal itu
yang ku rasa.Aku tidak pernah mengerti apa yang dalam hati dan pikirannya.Sampai
akhirnya waktu menunjukkan jam delapan malam.Ia bersiap untuk pulang ingin
menjenguk temannya yang kurang enak badan.Ia kelelahan dan esok pagi-pagi masih
harus melakukan perjalanan kembali ke Rembang.Aku sangat ingin berterima kasih
karena mengunjungiku.Menyempatkan datang menengokku di antara jadwal-jadwal
padatnya.Meluangkan waktunya yang beberapa jam untuk tahu seperti apa
kabarku.Aku sungguh ingin berterima kasih dan ingin sekali mengatakannya.Tapi
ku urungkan.Bibir terasa terkunci dan tidak mau menuruti hati.Setelah lama tak
berjumpa itukah yang membuatku seperti itu aku juga tidak mengerti ataukah
sikap dinginnya padaku.
Dia
keluar melewati pintu yang tingginya hanya berjarak satu jengkal dari tinggi
badannya.Aku sangat berharap dia melakukannya,seperti malam-malam
sebelumnya.Dia akan mengatakan hal yang sama sebelum kita berpisah.Setelah
berucap salam seperti biasa aku menjawabnya dan berpesan untuk berhati-hati di
perjalanan pulang.Dan pastinya setelah ini aku akan mendengar tiga kata
darinya.Tapi semalam tidak.Harapanku musnah sudah.Ada sesuatu yang teriris di
dalam hati.Ada sesuatu yang mengganjal dalam tenggorokanku.Aku hanya menelan
ludah.Aku hanya bisa membiarkan bulir—bulir itu jatuh setelah punggungnya
hilang dari pandanganku.Aku terdiam.Aku tergugu.Entahlah malam itu menjadi
malam yang panjang,malam yang sering ku resahkan dua,tiga malam ataupun lebih
seperti sebelumnya.Tapi ini lebih dari itu.Aku terjaga hingga tengah malam dan
baru bisa tertidur setelahnya.Tak bertahan lama dalam tidurku seperti ada yang
membisikkan untuk menyuruhku bangun.Seperti biasanya sholat di sepertiga
malam-Mu dan mengadu keluh kesahku.Hanya dengan-Nya aku tumpahkan rasa cinta
yang ada di dalam hati,ku serahkan semua gundah gulanaku kepada-Nya sang Maha
Mengetahui Segala Sesuatu.Aku pun sedikit merasa lega.Lelapku pun kembali
hingga subuh menghampiri.
Pagi itu
ku pastikan dia telah berangkat,mengendarai si Merahnya (baca :sepeda motor)
entah sampai beberapa jam.
Kamu
nggak secengeng dan serapuh ini.
Aku
tahu kamu kuat dan katamu kamu cuek.
Kemana
kamu?
Beberapa
chatnya yang tersangkut di handphoneku.Lalu aku ingin menjawab
ragu,tetapi dalam benakku sudah tertuliskan.
Dan
juga kamu kemana?
Seseorang
yang ku kenal sebelumnya
Sama
saja kamu mengusirku
Apakah
kamu meminta hatimu kembali?
Kalaupun
aku pergi itu tak akan merubah apapun.
Aku sudah
tak kuat lagi.Mungkin ini pertama kalinya aku mengalami hubungan jarak jauh.Aku
takut.Ketakutanku pada hati yang ia titipkan,pada hatiku dan perasaanku
sendiri.Aku takut di beri amanah seperti ini sementara ia jauh dariku.Aku takut
pada ketakutanku sendiri.Aku mencoba memahami keinginannya untuk mengurangi
komunikasi yang terlalu intens.Aku tahu alasannya sangat jelas.Aku berusaha
mengerti semua itu.Aku juga berpikiran positif jika ia lakukan itu ada
alasannya.Dan alasannya pasti baik tapi hatiku selalu gelisah.Bagaimana
tidak?Hubungan ini terasa menggantung tidak jelas arahnya.Tiada
kejelasan.Setidaknya kata-kata yang aku perlukan untuk meyakinkanku sudah cukup
apalagi dengan sikap yang seperti semula itu lebih dari cukup untuk membuatku
yakin bahwa kamulah orang yang benar-benar ingin menyandingku.Kamulah yang
tepat bagiku.Kamu lah orang yang akan membimbingku dan menjalani kehidupan
indah dengan janji-janji yang telah terpatri dahulu.Kamu lah yang akan
meridhoiku menuju jalan-Nya.Tapi kalimat yang ku tunggu tak kunjung
datang.Tetapi sikap mu sangat dingin terhadapku.Sungguh aku tak kuasa.h\Hati
wanita ini lembut,kapan saja bisa tergores.Bayangkan saja sesuatu yang lembut
itu di hantam gelombang yang besar,dihujam dengan pedang yang tajam dan semua
itu aku rasakan.
Aku
ingin menjaga jarak dengan semua.Semua
Apalagi
cinta yang melebihi cinta kepada Nya itu tak diperbolehkan.
Masalahnya
aku terlalu mencintaimu.Aku mengikatkan diriku padamu.
Aku tahu
alasan itu yang membuatnya mungkin seperti ini.Tapi kadang hatiku masih belum
bisa menerimanya.Aku tahu.Kau adalah milik-Nya,miliknya bukan milikku.Dia bukan
barang yang bisa dimiliki.Aku pun tidak berani mengatakan apa-apa lagi,pesan
yang terhantar ke ponselku hanya bisa ku baca atau terkadang ku biarkan
saja.Takut jika itu kata yang menyinggung membuat hatiku sakit lagi dan takut
terlalu berharap yang membuat hatiku terlalu bahagia.Aku takut itu yang akan
terus terjadi.Jadi biarkanlah saja.Seperti yang pernah sempat ku baca dalam
sebuah novel.Jatuh cinta itu INDAH.Bukan masalah harus memiliki.Jika
setelahnya ada rasa kecewa,marah,benci,sedih dan penyesalan.Maka ia belum tahu
apa artinya JATUH CINTA.
Entahlah
dalam hatiku tidak tenang.Dan ingin sekali pergi berlabuh jauh ke
depan.Menyongsong waktu dengan caraku.Dengan kesibukanku,ku tutup dengan semua
impian besarku.Aku tak bisa menerima ketidakjelasan hubungan ini.Hubungan yang
tak pernah ada kesepakatan kapan dimulainya dan seperti yang sudah-sudah tidak
perlu ada kata perpisahan untuk mengakhirinya.Dia juga pernah mengatakannya.Soal
hadiah yang aku sengaja berikan tapi belum bisa tersampaikan,dia dengan
datarnya tak pernah menghargainya.Tak pernah tahu jerih payah
membuatnya.Mungkin baginya tidak berharga.Tidak ada gunanya.Padahal disana ada
kepingan perasaanku.Ada curahan hatiku,entahlah.Aku akan menyingkatnya.Hatiku
telah sesak,hatiku sudah sakit dan saatnya melangkah.Sudah pernah kurasakan
sebelumnya penyakit cinta.Sudah pernah ku lalui pedihnya dan aku bisa.Kenapa
ini tidak.Aku mengenangnya dalam bingkaiku,dengannya aku pernah jatuh
cinta.Dengannya aku sering melakukan kesalahan.Mencoba semuanya.Melakukan
banyak hal yang tak terlukis lagi dengan kata-kata pujangga.
Aku memutuskan
untuk pergi.Mengambil kesimpulan sendiri dengan menjalani kehidupanku.Masih ada
angan dan impian besar yang selalu aku pegang dan tancapkan dalam hati.Masih
ada masa depan di seberang sana.Kapalku harus berlabuh sejauh mata
memandang.Kapal yang ku kemudikan ini sudah ku pasrahkan semua kepada-Nya.Hingga
tangan Nya menerimaku dalam pelukan-Nya,dalam balutan rahim-Nya dan pasti ada
puing yang tersisa untukku tentang jodoh,maut dan rezeki dari-Nya.Aku yakin
itu.
Jika
dia jodohku maka dekatkanlah.Jika ia bukan jodoh yang kau pilihkan untukku maka
jauhkanlah.Berikan yang terbaik bagi hamba.Cerminanku dalam kehidupan di masa
depan dan yang bersedia membimbingku menuju jalan-Mu.
Salah
satu do’aku di setiap sepertiga malam-Mu.Dia akan memilihkan jalan terbaik
untuk hambanya ini.Tapi aku selalu yakin dialah orangnya.Anshori.Aku tak bisa
memungkirinya.
*End*
No comments:
Post a Comment