Rahasia
Hati…
di Kepanjen City
Aku tak pernah
menyangka seperti ini
Dulu aku mengira dia
pilihan terbaikku
Tapi kini ku salah
mengartikannya
Di dalam hatiku yang
telah terbingkai dirinya….
Itulah yang di rasakan Asar, gadis manis yang kini
bersekolah di SLTA terfavorit di
Kepanjen yang telah mengenal seorang pria dewasa yang sebelumnya adalah
seniornya itu.Awalnya Asar tak tahu siapa dia, “siapa sich di lingkungan nya
yang tak kenal dia? Mungkin dulu akulah orangnya” Karena sifat cuek dan ogah
itu kadang ia tak mendapatkan sedikitpun cinta, ya apa yang di namakan cinta
aneh dan langka di telinganya.Dimulai
dari hubungan yang tidak di sengaja terjalin itu Asar di minta menghubungi sang
cowok yang berinisial K ini, siapa sich dia? Hati Asar sesering mungkin tak
ingin memikirkan tetapi apa yang berontak dalam hatinya itu tak terdengarkan.
Pria yang sebenarnya memiliki nama Khoir itu,
teramat sempurna bagi Asar. Semenjak itu hubungannya dengan Khoir bagaikan kain
sutera yang halus dan pada akhirnya pertemuan kembali menakdirkan mereka.
“Pertama kali ku menatapnya, tak ada yang istimewa.
Tak terbisik di hati ini untuk tertarik padanya, jadi nyantai aja gak bakalan
ada masalah jika aku mencoba ajakannya”.
Dalam sekejap Asar sudah bersamanya menyusuri jalan
hingga menghabiskan waktu seharian tanpa terasa,” Aku merasa pria yang ada di
sampingku ini berbeda dan membuatku ingin lebih mengenalnya, ada kehampaan dan
kesepian di sorot matanya yang menyimpan sejuta kerinduan pada seseorang bersamaku terpancar perubahan mata teduhnya
yang dalam wajahnya ada sesuatu yang tak
aku tahu sepertinya ingin di ceritakan kepadaku…”
Dalam perjalanan sore yang kian sang Surya menutupi
kecondongan hingga keinginan meredup dalam bingkai senjanya. Tanpa
memintanya,Khoir pun membuka kisahnya….
Kisah tiap kata yang di ucapkan Khoir mungkin tak
dapat begitu saja di percaya oleh Asar,setiap kata kehilangan yang di torehkan,
kesendirian yang tak pernah terobati, kisah cinta yang di alami Khoir hingga
Asar sedikit mengerti. Pria ini mengalami kekosongan hati yang cukup lama
hingga terbersit di hati Asar ungkapan doa yang tak di sengaja, “ Semoga ada
yang bisa mengobati luka di hatinya”.
Pria yang tiap detiknya berubah sifat dan sikapnya,
tetapi inilah keunikan dan rasa penasaran bersemayam dan di kedamaian itulah
tersematnya cincin kenanganku yang sebelumnya menempati jemarinya. Janji untuk
menjaganya, tetapi ada keraguan yang memberatkan Asar, entahlah apa itu?
Dia, si Khoir itu seenaknya membuang cincin berharga
,Asar berkata cincin itu adalah cincin biasa, walau dia tahu harus dusta
kepadanya tapi hal itu karena hanya ingin melihat senyumannya. Menelusuri jalan
menuju Kanjuruhan dan sesuatu yang mengejutkan, Khoir memintanya dengan
amat…..Membawa tangannya dan memeluk tubuh Khoir, dekapan tangan dan dengan
kehangatan yang berbeda. Tiba saat berpisah dalam lambaian tangan dan Khoirpun
membalas dengan senyuman di bibirnya, sebuah senyuman tak terasa bagaikan terlilit
berperi untuk menahan duka yang tersisa.
“ Malam ini
sempat wajahnya melayang di pikiranku, ku anggap kenangan sesaat itu biasa, ada
sekelebat tanya tentang keberadaannya, namun tak ingin ku pedulikan sesuatu
yang ada,” itulah kiranya puisi hati pada malam kesendirian itu.
Teringat jelas saat aku mengajaknya menikmati dunia,
dengan menyanjungkan munajat kepada sang Pencipta, berdoa bersama di kala
Dhuhur tiba, tetapi bagaimana reaksinya? “ Aku tak pernah melakukan kewajiban hanya
karena seorang wanita yang mungkin baru ku kenal, tetapi jika aku memang ingin
melakukan dan ada hidayah tanpa di perintah pun aku melakukannya, mungkin suatu
malam ku sendiripun akan melakukannya”. Seperti itulah sekiranya ajakan
Asar yang ditolak, walaupun ku paksakan
dengan kelembutan hanya kata “tidak” yang keluar dari mulutnya. Asumsi yang ku
dapat dari yang bernilai positif ada hal yang sangat mengagumkan karena Khoir
tidak mudah terpengaruh tetapi di sisi lain Khoir harus menjalankan
kewajibannya sebagai orang yang mengaku muslim kan? Asar kadang berfikir
akankah dia memang baik, penipu,playboy atau seperti apakah Khoir? Sudahlah tak
perlu memikirkannya karena tak ada yang bisa menjawab hanya tinggal mengalun
pada waktu.
Suatu malam handphone ku berdering yang menandakan ringtone
ada yang memanggil, setelah beberapa lama Asar pun menengoknya.
“ Tumben ini orang telepon, biasanya sms doank…”
batinku dengan penasaran.
Aku
pun menekan tombol hijau untuk menjawabnya, dan dari seberang sana terdengar
suara yang setengah parau. Ku simak baik-baik rangkaian kata per kata dan
kalimat yang di bicarakan .
“ Haaa….malam ini? Ketemu malam hari
seperti ini? Ada apa memang, aku males keluar nich….” protes Asar kepada Khoir.
Khoir pun menimpali,” Aku ingin
berbicara penting sama kamu, pliiisss….aku sebentar lagi akan kesana, ke tempat
biasa kita ketemuan yaa…aku tunggu ….!”
Seperti biasa
kamipun bertemu di tempat makan langganan yang sudah tutup,tak banyak yang di
katakan malam itu hanya saja seakan wajahnya mengandung keseriusan, tetapi Asar
berpura-pura tak melihat bagaimana wajah putih yang ada di hadapannya menatap
tajam tak terhiraukan. Ku dengar beberapa kalimat kelur dari bibirnya yang
telah sekian detik terkunci.
“ Melihat wajahmu ada rasa nyaman
dan sejuk kedinginan di dalam hati “. Ada maksud yang sulit termaknai dan
terlihat tangan Asar di raih dalam jemari tangan dengan kelembutan, lama
kelamaan sangat erat tak terlepas.
Hati yang Asar genggam kembali merangkai kata- kata
yang terpaut ke dalam sudut – sudut yang tak terkendali, Asar mencoba menjawab
sebuah pengakuan yang di utarakan Khoir dengan lagak biasa khas milik Asar.
“ Sejujurnya aku malu tahu gak sich,
di tatap kamu kayak gitu…biasa aja lah “. Itulah reaksi ucapan yang keluar dari
bibir merah milik Asar.
Wajah Khoir yang sedari tadi tak
menyunggingkan senyuman selepas pertemuan ini berkata lebih serius dengan
menatapku seakan elang yang ingin mencengkeram mangsa di hadapannya. Kata demi
kata itupun terucap kembali dan terdengar menggelegar.
“ Apakah kamu ingin mengenalku lebih
jauh ?” kata Khoir yang tetap erat memegang tangan Asar.
Perasaan yang Asar kini rasakan
hanya heran dengan pertanyaan ini ,tetapi tak ada salahnya bermain- main dengan
menjawab tantangannya , “ Kenapa tidak, aku hanya ingin tahu seperti apa sich
kamu itu?”
Dan waktu tak bisa terkompromi lagi
harus berhenti dan mengakhiri perbincangan yang merangsang daya tarik seorang
Asar yang tahunya hanya bermain-main dengan keadaan. Asar pun melepaskan
genggaman tangan dan berbalik membelakanginya, ingin ku lambaikan tangan tanda
perpisahan. Saat berbalik, tangan Asar di hela dengan jemari-jemari yang kuat dan
tiba- tiba …..
Ada
kecupan hangat yang menetap di kening Asar, secara “spontanitas”…tak menyadari
hal itu.
“ Inilah yang ingin ku lakukan sebelum berpisah
dengan mu wanita terindahku, maafkan aku “ kata Khoir yang samar terdengar.
“ Ah…emh iya aku pergi dulu
ya…”pamitku.
Apa
yang terjadi, terasa terhipnotis hati yang telah lama beku ini, balasan senyum
malah terpaut di wajahku dan tanpa sepatah kata yang tak bisa keluar pun Asar
melangkah pergi.Teriakannya yang melengking jelas mencapai titik pendengaran.
“ Hubungi aku dan sms yach………!”
Asar
langsung menoleh kearahnya dengan anggukan kepala dan tersenyum pada Khoir.
Asar berkali-kali menyentuh keningnya, jejak
sentuhan bibir Khoir. Asar tak percaya, secepat inikah Khoir memperlakukannya?
Kecupan pertama dari seorang pria yang ia
anggap dewasa, dulu setiap lelaki yang ingin meciumnya bisa di elak dan
di tolak dengan sangat, tetapi apa ini??? Kenapa Asar bisa tunduk dengan lelaki
yang baru di kenalnya ? Meneruskan kisah lewat angin yang mengudara hingga
mendengar suaranya menerpa telinga pada malam yang tak terduga pula.
“ Maukah kamu jadi kekasih hatiku?” Khoir
mengutarakan perasaannya.
Asar hanya diam
dan tak percaya dengan kata-kata yang di torehkan Khoir itu dan ingin hari esok
menjawabnya, tetapi atas desakan itu aku mulai merangkai jawaban. Ku mulai
ucapan ini, “ Aku….”
Lalu diam tak meneruskan perkataan
ini lagi, Asar sedikit menggoda cowok yang tinggi putih itu, dengan nada tidak
sabar Khoir mengeluh.
“ Apa? Lama banget jangan buat aku
deg-degan donk, Sar…..!”
Asar
melanjutkan jawabannya, “ ternyata aku…..”
“
Aku apa sich…kamu gak nerima aku?” sela Khoir dengan nada memelas di seberang
sana.
“ Tidak….tidak…..bisa…….”
terbata-bata aku mengucapkannya, entah ini keputusan yang benar atau yang
memang dari lubuk hatiku.
“ Aku sudah menduganya ” sahut Khoir.
“ tidak bisa menolak kamu….” suaraku
terdengar lirih.
Diam
seketika, beberapa saat pun ada tawa kecil setelahnya. Asar mendengar Khoir
mengatur nafas, “ Terimakasih ku sangat bahagia “
Ku tak tahu inikah yang ku harapkan?
Benarkah kata – kata tersebut mengalir deras dalam pikiranku, tapi ada sesuatu
yang Khoir tidak tahu.
“
Sejujurnya Asar hanya ingin mencoba bersamamu, ingin melihat kemurnian senyuman
dari wajahmu dan itulah aku berani mengambil keputusan tersebut” batin
Asar berbicara.
Tepat tengah
malam, perasaan yang kian mencekam hatinya, Asar tak menyadari akan seperti
ini, dulu baginya sekedar hanya ingin bermain – main layaknya yang di lakukan
selama ini, tetapi ternyata kini rasa sayang benar – benar ada. Kini bagaikan
candu jika tak terdengar suaranya dalam detik-detiknya Asar, setiap hari dan
malam selalu terngiang sapaannya dan hampir tiap malam di habiskan dengan
Khoir. Asar mengorbankan sisa waktu tidurnya dengan berbagi kisah dan cinta
dengan Khoir melalui udara cinta.
“Ana uhibbu ilaika….aku sangat mencintaimu , aku
ingin sekali bertemu kamu Asar, malam ini juga, saat ini juga, menghabiskan
malam ini dengan menatap bintang-bintang yang bersinar di langit suram mengharu
biru dengan nyanyian cinta kita….” kata – kata indah yang keluar dari mulut
Khoir.
“ Anak ini …bagus juga kata- katamu dasar pinter
gombal, kamu pasti playboy” jawab Asar dengan singkat.
” Aku lebih tua dari kamu tahu di bilang masih anak, awas yaaa entar….Asar belum
mengantuk? Apa Khoir perlu menyanyikan lagu untuk pelelap tidur agar esok pagi
sebagai penyemangat harimu?” Khoir yang memiliki suara khas ala Ariel Peterpen
dan pandai bermain dalam petikan gitar itu menawarkan sesuatu yang sangat ingin
aku terima.
“ Oke dech…yang bagus yaaaa….” jawab Asar semangat.
“ Kalau aku ngggak mau yeeeee……? Goda Khoir.
“ Apaan yang nawarin tadi siapa, ayolah….Khoir kan
cakep, baik hati lagi….” Rayunya.
“ Dasar kalau ada maunya aja….” Khoir pun mulai
terdengar memetik gitar yang melodinya teratur dengan irama-irama penuh
kesenduan.
Teringat saat ku memegang tangannya , bekas petikan
gitar listrik yang ada di tangannya menyisakan luka. Terlalu keras, tetapi
itulah kegemarannya, kecintaannya dengan musik. Saling berbagi masa dan kisah
dalam cerita, tanpa ku sadari kebiasaan itu mendarah daging, kebiasaan yang menumbuhkan
rasa sayang yang tak tebendung di hati Asar , sangat indah menurutnya. Berbagi
cinta dengan cowok berkulit putih dan jangkung itu, yang memiliki perbedaan
menonjol dengan diri Asar. Sampai – sampai untaian nama tersimpan dengan baik
di hatinya, “ASKHO”, Asar dan Khoir , nama yang unik dan jarang di pakai banyak
orang.
Perasaan ini
bagian dari buih cinta
Tak sadar tumbuh
menghiasi hati
Saat ku mulai
merasakannya
Ada gelombang
dasyat yang menerpa
Sebelumnya Asar hanya mencoba menjalin hubungan dengannya,
tetapi hatinya benar-benar terpenjara, menyisakan banyak kenangan pada
pertemuan – pertemuan berikutnya. Selang
beberapa hari berikutnya Khoir tak tahan menelan rindu yang semakin menjadi dan
ia mendesak Asar untuk bertemu lagi.Kali ini pertemuan yang sangat tak terduga,
Asar memakai gaun batik ala long dress dengan tipikal Solo namun sesuai dengan
tubuhnya, di lengkapi pita merah menyala sebagai hiasannya. Memakai higheels
yang mugil nan cantik menambah kesempurnaan hari itu.
“ Ayoo…kita pergi !” ajak Asar sambil menggandeng
lengan Khoir.
Khoir yang terperanjat kaget terpaku dalam
pandangannya,meniti setiap sela-sela bagian tubuh Asar, mata yang indah di
liputi denan bulu matanya yang lentik bukan karena maskara tetapi alami adanya
membuat Khoir terpesona.
“ Ayooo…kok diem aja sich?”terhenyak Khoir akan
sentakan Asar.
“ Oh…bidadariku kamu nampak berbeda “ucap Khoir
tanpa sadar.
“ Apa sich….biasa aja” Asar tersipu malu.
Asar dan Khoirpun pergi ke sebuah taman yang indah
dengan hiasan bunga – bunga mawar dan terdapat sebuh meja dengan berbagai menu
makanan yang tak terlupakan adalah lilin sebagai cahaya binar di malam
itu.Cukup romantis.
“Silahkan….tuan puteri…!” goda Khoir.
“ Terimakasih pangeranku…” jawab Asar.
Setelah makan malam bersama itu Khoirpun mulai
berbicara yang serius.
“ Sar..ntar kita melihat bintang di sini aja ya ?”
berharap malam ini di habiskan berdua.
Asar masih meneguk cappuccino kesukaannya,walaupun
di saat apapun cappuccino tak lepas dari minuman favorit ketika makan, itulah
hal yang tak pernah ingin di hilangkan. Ada sisa bekas tegukan di bibir Asar,
yang membuat Khoir tertawa geli. Meja yang tak memisahkan jarak panjang itu,
setidaknya memegang tangan Asarpun pasti masih leluasa di lakukan Khoir. Khoir
yang menuruti kata hatinya menghapus bekas cappuccino di bibir Asar dengan
kecupan bibirnya.Terhipnotis sesaat.
Layaknya waktu terhenti,Asar tak bergerak sama sekali.
“ Plakkkkk……” tamparan keras melayang ke pipi Khoir.
“ Kenapa kamu merusak kepercayaanku? Aku sudah
pernah ngomong kan jangan sekali – kali mengurangi sesuatu yang ada pada
diriku….hiks hiks hiks…..” tangis Asar meledak.
“ Kamu yang apa-apan Sar,,,tolong kita pacaran kan,
kamu nganggep aku pacar kamu kan? Aku pikir dengan mencium kamu , kita lebih
bisa menyayangi…Kita bukan anak kecil lagi yang tak boleh melakukannya, ciuman
ini tanda sayang ku sama kamu…apa kamu gak ngerti? Aku menahan sekian lama
untuk bilang dan melakukan ini “ bantah Khoir.
“ Aku benci kamu…kita putus…” Asar memandang Khoir
tanpa berkedip.
“ Kenapa….aku nggak ngerti sama kamu…apa karena aku
mencium kamu kita putus? Itu aneh…namanya pacaran hal itu alasan yang tak masuk
akal untuk putus” pembelaan Khoir.
“ Aku beda…aku bukan seperti mantan-mantan mu yang
dulu, aku masih punya agama,kalau kamu emang sayang sama aku tak akan pernah
melakukan itu dan kamu pasti menjagaku, tak membiarkan air mataku ini menetes
tapi apa yang kamu lakukuan tak seperti yang ku harapkan selama ini….” Asar pun
elangkah pergi menjauh dan pergi.
“ Asar tunggu….tunggu…kita tak bisa berakhir seperti
ini…kasih aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku ini….” mengejar Asar dan mendapatkan
lengannya.
“ Tunggu mari kita bicara lagi…aku gak mau
kehilangan kamu….”Khoir memegang erat tangan Asar.
“ Lepasin….aku bilang lepas tanganku….lepas….aku gak
mau dengar apapun lagi dari kamu…” Asar berlari jauh meninggalkan Khoir. Dia
mencari angkot pulang.
Sementara Khoir mengejar dengan sepeda motornya, dia
mengendarainya dengan kecepatan tinggi tak memikirkan seberapa kecepatannya
saat itu, hanya sampai rumah Asar sebelum didahului Asar.
Namun di sisi lain, Asar hanya bias menangis di
angkot, dia berpikir ,“ Aku punya Islam, aku tak boleh melakukan apapun yang
salah sebelum kita halal, aku gak mau, aku minta maaf ya Alloh..aku salah…hiks
hiks hiks….” Khoir tak megerti aku bagaimana bisa dia bilang menyayangiku, dia
hanya mempermainkanku selama ini jika dia tak tahu apa yang sudah ku katakan
sejak awal. Aku menyesal.
“ Brakkkk…..”
Suara antara dua benda yang beradu…Apa itu?
Semantara Asar
yang tak bisa tidur setelah sampai di kamarnya, hanya ada derai tangis
menyesali apa yang telah di lakukannya, yang tak bisa mengelak, kenapa? Asar
hanya ingin mepersiapkan yang dia punya untuk suaminya kelak. Tak berselang beberapa
lama, handphonenya bordering, ada
panggilan masuk. Nomer tidak di kenal? Nomer baru, siapa ya?
“ Hallo…ini siapa ya?” sapa Asar.
“ Sar…cepet ke rumah sakit,terjadi sesuatu dengan
Khoir, cepet ke sini…hiks hkis hiks…” suara di seberang sana terhenti
menandakan panggilag terputus.
“ Hallo….haloo…apa maksudnya…halloo….” Asar tak enak
hati.
Kemudian Asar melangkah memanggil angkot dan tak
menghiraukan panggilan orang tuanya.Hingga akhirnya sampai di rumah sakit
dengan terengah- engah. Menemui seseorang yang memanggilnya tadi beberapa saat
“ Ada apa?” tanya Asar dengan nada parau.
Teman Khoir itu pun hanya memberikan selembar kertas
kecil.Dengan tangan gemetar Asar menerimanya dan membuka perlahan- lahan.
Manis
kekasihku,Asar….
Kita pasti
sedang menikmati bintang berdua kala ini, memandang keindahannya dengan suasana
romantis yang selalu ku bayangkan, aku sangat menyayangimu. Aku ingin sekali
dalam hidupku memberikan rasa sayangku ini dengan kecupan kasih sayang walaupun
aku tahu kamu tak akan mengizinkannya. Meskipun saat kamu tidur itu sudah cukup
untuk membuatku merasa bahagia. Jika kamu bahagia aku pun bahagia. Maaf jika
telah lancang. Aku sangat menyayangimu melebihi yang kamu kira…
Orang yang
menyayangimu hingga tak tahu kapan bisa menghentikannya, Khoir.
Apa yang terjadi?....
“ Mana Khoir…kenapa aku di suruh ke rumah sakit?
Kamu bersekongkol apa dengan Khoir, apa maksudnya ini?” Asar tak sabar melihat
temannya Khoir itu menangis tersedu- sedu.
“ Apa-apaan sich….” Asar memaksanya untuk bicara.
“ Aku tak kuat mengatakannya, kamu bisa ke ruangan
di belakangmu ! “ pinta temannya Khoir itu.
Langkah demi langkah, Asar menghampiri ruangan itu.
Ada sesosok tubuh tinggi berbaring di atas tempat tidur berselimut kain putih,
apa ini? Pelan-pelan Asar membuka penutupnya, dan terhenyak……..
“ Ah..a…Ha……kkkk…..Kho…iiiirrrrr…..apa ini? Kenapa?
Apa yang terjadi? Kenapa seperti ini? Khoir …bangun, jangan main- main….jangan
banyak berbohong…bangun….bangun…jika kamu tidak bangun kita benar- benar putus.
Awas aku akan memukulmu,,,,bangun Khoir….aku bilang bangun….bangun…!
BANGUNLAH….” Suasana tangis yang menghujam hati Asar.
Menyisakan tangis, memberikan duka dan meninggalkan
sesal yang tak terhitung di hati Asar. Kisah yang panjang berakhir dalam hati
yang lara, yang menjadi kenangan manis maupun pahit, tak bisa lagi terucapkan.
Asar merasa dirinya bersalah namun dengan kata- kata Khoir di dalam suratnya,
Asar kembali kuat.
“ Maafkan aku Khoir….aku juga sangat menyayangimu.”
Menjadi kenangan indah dari Kepanjenku, kisah selama
SMA ku.
The
End