Pages

Friday, January 9, 2015

laporan Metode Penangkapan Ikan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan secara optimal dan berkelanjutan di seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI), maka pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan aturan tentang pengelompokan / pengklasifikasian alat tangkap ikan yang dapat digunakan oleh pelaku utama dan pelaku usaha bidang penangkapan ikan. Pengelompokan/pengklasifikasian alat penangkapan ikan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor : KEP.06/MEN/2010 tentang Alat Penangkap Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI), dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor : PER.02/MEN/2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan, Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di WPP-NRI (Pranoto, 2012).
Volume produksi paying pada tahun 2010 menurun 23,42% dari tahun 2006. Hal ini diduga akibat dari terjadinya overfishing di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu bagian dalam. Satu upaya untuk mengurangi tekanan eksploitasi sumberdaya ikan di dalam teluk adalah mengalihkan daerah penangkapan ikan ke luar teluk. Unit penangkapan paying belum dapat beroperasi di perairan luar teluk. Oleh karena itu, perlu diadakan penggantian payang dengan unit penangkapan lain yang dapat beroperasi du luar teluk (Wulan, 2011).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis jenis alat tangkap ikan terutama yang biasa dipergunakan di PPN Prigi Trenggalek, Jawa Timur. Selain itu praktikan dapat melihat lokasi serta mengetahui kondisi pelabuhan secara langsung dan juga dapat bertukakar fikiran secara langsung dengan nelayan sekitar sehingga banyak ilmu yang dapat dipelajari dalam bidang penangkapan ikan.
Tujuan dari palaksanaan ini adalah agar praktikan dapat mengetahui secara langsung penggunaan  jenis jenis alat tangkap yang benar dan baik. Serta mendapatkan data yang falid dari jenis alat tangkap yang dipelajari. 
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum pertama Metode Penangkapan Ikan dilaksanakan pada hari Minggu, 14 April 2013 pada pukul 09:00 sampai pukul 12:00 WIB. Praktikum Metode Penangkapan Ikan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 27 April 2013 pada pukul 08:00 sampai pukul 12:00 WIB.
Praktikum pertama Metode Penangkapan Ikan dilaksanakan di Lapangan Volly dan Gedung D Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Praktikum kedua Metode Penangkapan Ikan dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ALAT TANGKAP Pukat Cincin (Purse Seine)

2.1.1 Klasifikasi Berdasarkan FAO
Menurut klasifikasi atau penggolongan alat penangkapan ikan dunia yang distandarisasi oleh Organisasi Pangan dan PertanianDunia (FAO),purse seine termasuk kelompok jaring lingkar(surrounding net ). Jaring lingkar menurut FAO terdiri dari jaring(lingkar) yang bertali kerut dan jaring (lingkar) tanpa tali kerut.Purse seine yang disingkat PS dimasukkan ke dalam kelompok  jaring lingkar bertali kerut dengan kode 01.01.00,sedangkan Lampara yang disingkat LA dimasukkan ke dalam kelompok jaringlingkar tanpa tali kerut dengan kode 01.2.0.
Sebuah Tinjauan purse seine terbuat dari dinding panjang jaring dibingkai dengan floatline dan leadline (biasanya, dengan panjang yang sama atau lebih panjang dari mantan) dan memiliki cincin tas gantung dari tepi bawah gigi, yang berjalan melalui garis tas yang terbuat dari kawat baja atau tali yang memungkinkan mengerucutkan gawang.Untuk sebagian besar situasi, itu adalah peralatan yang paling efisien untuk menangkap spesies pelagis besar dan kecil yang shoaling.
Penanganan Peralatan seines tas kecil dapat dioperasikan sepenuhnya dengan tangan di perikanan skala kecil. Dalam perikanan rakyat atau semi-industri, purse seine peralatan penanganan meliputi: winch purse seine atau penggulung, sebuah gulungan garis tas, brailer dan blok kekuasaan dan di beberapa perikanan, drum bersih. Dalam perikanan purse seine industri, peralatan dasar meliputi, secara umum: blok kekuatan hidrolik, sebuah winch tas kuat seine, sejumlah derek, termasuk brailer atau pompa ikan, dan derek kecil, sebuah perahu "sampan" bantu dan kadang-kadang , sebuah Tinjauan helicopter.Vessel Para purse seine dapat digunakan oleh berbagai macam ukuran kapal, mulai dari perahu terbuka dan kano hingga laut besar akan kapal. 
Para seines tas dapat dioperasikan oleh satu atau dua kapal. Paling biasa adalah purse seine dioperasikan oleh sebuah perahu tunggal, kapal purse seine, dengan atau tanpa perahu tambahan. Ikan OperationSearching untuk agregasi ikan, kemudian memeriksa (bila mungkin) spesies ikan dan ukuran sekolah mengevaluasi dan catchability nya, sebelum sekitarnya adalah bagian utama dari operasi purse seine. Para purse seine diatur sekitar sekolah terdeteksi ikan. Setelah itu, bersih ditutup di bawah sekolah dengan pengangkutan garis tas berjalan melalui cincin (mengerucutkan). Instrumen Hydroacoustic, seperti sonars adalah alat penting untuk menemukan agregasi ikan. Juga umum adalah penggunaan "alami" tanda-tanda agregasi ikan (sering diamati dengan teropong) untuk memulai dengan operasi penangkapan ikan, seperti konsentrasi burung laut, mengacak-acak permukaan air dan kehadiran kelompok-kelompok lumba-lumba. Buatan "Ikan Agregasi Devices" (FAD) dan atraksi ringan digunakan di beberapa perikanan berkonsentrasi spesies pelagis fish.Target SpeciesAggregated (sekolah) dari semua ukuran dari ikan sarden kecil untuk tuna yang besar (Skipjack tuna, Yellowfin tuna). 
Air Wilayah OverviewAll selama world.Gear EnvironmentIn umum seines tas adalah permukaan gigi yang digunakan di perairan pesisir dan laut tinggi laut. Sumber agregat di tingkat atas yang paling umum, tapi ikan pada kedalaman hingga 300 m dapat ditargetkan. Para seines tas juga digunakan di daerah pedalaman bila ada cukup ruang untuk pengoperasian jaring besar) ImpactsEnvironmental Karena karakteristiknya tidak ada dampak terhadap habitat bawah (kecuali jika kedalaman air kurang dari ketinggian seine tersebut. selama operasi penangkapan ikan dan tepi bawah gigi menyeka bagian bawah laut) Spesies Dampak negatif utama adalah menangkap insidental lumba-lumba di daerah penangkapan ikan tertentu.. Teknik khusus telah dikembangkan untuk mengurangi bycatch lumba-lumba; panel Madinah dan "kembali" operasi, yang memungkinkan lumba-lumba dikelilingi melarikan diri hidup-hidup. Ketika kecil seines tas pelagis digunakan dengan daya tarik cahaya, mungkin ada insidental catch / bycatch (termasuk ikan terlalu kecil, remaja atau spesies yang terancam punah). Praktek semakin digunakan dari mengelilingi benda mengambang, termasuk buatan manusia rumpon meningkatkan penangkapan berukuran kecil dan belum dewasa menggabungkan sekitar perangkat tersebut (Frezeries, 2009).
2.1.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010
Kepmen 06/men/2010 menetapkan Purse seine sebagai Alat penangkapan ikan diwilayah pengelolaan perikanana Negara Republik Indonesia yang menurut jenisnya termasuk dalam kelompok Jaring Lingkar (surrounding nets).
Kelompok jenis alat penangkapan ikan jaring lingkar adalah kelompok alat penangkapan ikan berupa jaring berbentuk empat persegi panjang yang terdiri dari sayap,badan,dilengkapi pelampung,pemberat,tali ris atas,tali ris bawah dengan atau tanpa tali kerut/pengerut dan salah satu bagiannya berfungsi sebagai kantong pengoprasiannya melingkari gerombolan ikan pelagis.(SNI 7277.3:2008)
Jaring lingkar mempunyai jenis,sebutan,singkatan pengkodean dan gambar yang bermacam-macam yaitu Jaring Lingkar bertali kerut(With purse lines/purse seine),PS,01.1.0  yang terdiri dari pukat cincin satu kapal (one boat operated purse seine),PSI,01.1.1 dan  pukat cincin dengan dua kapal (two boat operated purse seine),PS2,01.1.2 dan dan jenis jaring lingkar yang kedua yaitu Jaring lingkar tanpa tali kerut (Without Purse seine /lampara):LA,01.2.0
Pengoprasian alat penangkapan ikan jaring lingkar dilakukan dengan cara melingkar gerombolan ikan yang menjadi sasaran tangkap untuk menghadang arah renang ikan sehingga terkurung didalam lingkaran jaring .Pengoprasian dilakukan pada permukaan  sampaidengan kolom peraiiran yang mempunyai kedalaman yang cukup(kedalaman jaring 0,75 kedalaman perairan ),umumnya untuk menagkap ikan pelagis.
2.1.3 Spesifikasi alat tangkap
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine ialah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring pada bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan akan terkumpul di bagian kantong. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang termasuk kedalam golongan pelagic shoaling species yang berarti ikan-ikan tersebut membentuk suatu shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface). Metode pengoperasian purse seine secara rinci yaitu dimulai kapal berangkat menuju lokasi penangkapan. Ada dua metode untuk penangkapan, yaitu dengan mengejar gerombolan ikan atau dengan menggunakan alat bantu pengumpul ikan (rumpon, lampu dan lainnya). Setelah ikan terkumpul atau terkonsentrasi pada daerah tertentu maka nelayan mulai menurunkan jaring (setting), pertama dengan menurunkan ujung jaring dengan pelampung, kemudian secara perlahan melingkari gerombolan ikan yang tekonsentrasi sampai pada ujung jaring yang pertama. Setelah itu dilakukan tahap yang berikut adalah hauling atau penarikan jaring yaitu dengan menarik tali kolor, sehingga akhirnya ikan terkumpul pada kantong. Ikan tersebut lalu dinaikkan ke kapal dan kemudian disortir, lalu di simpan dalam palka.
Spesifikasi teknis alat tangkap purse seine terdiri dari :
a. Tali iris atas : Tali PE (polyethylene) atau PP (polypropylene)
b. Ukuran mata jarring :Untuk menangkap ikan pelagis kecil sayap dan mesh size badan berukuran >50 mm dan kantong berukuran >25 mm.
c. Tali ris bawah : Tali PE, PA atau bahan lain
d. Tali kolor : Tali PE, PA atau bahan lain
e. Pelampung : Plastik atau styrofoam
f. Cincin : Terbuat dari besi tahan karat (stainless steel)
g. Alat Bantu : Alat bantu untuk menarik dan mengangkat jaring yatu net drum, line hauler/kapstan, winch dan power block. Alat bantu pengumpul ikan berupa rumpon atau lampu.

Jaring purse seine terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian sayap dan kantong. Bagian kantong berada ditengah diapit oleh bagian sayap pada kedua sisinya. Panjang jaring 400 – 700 meter, kedalaman 40 – 70 meter dan ukuran mata jaring kantong ¾ inchi. Bahan jaring adalah nylon multifilament dengan nomor benang dan mata jaring yang berbeda. Bagian kantong menggunakan nomor benang 210d/12 dengan ukuran mata jaring 19 mm, bagian sayap menggunakan nomor benang 210 d/9 dengan ukuran mata jaring 25,4 mm. Bagian badan sayap dan bagian bawah kantong menggunakan nomor benang 210 d/6 dengan ukuran mata jaring 25,4 mm.
Purse seine atau jaring lingkar adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung dalam jaring.
Hasil tangkapan utama pukat cincin (purse seine) adalah jenis-jenis ikan yang hidup bergerombol di periran permukaan (pelagis) seperti pelagis kecil (kembung, selar, lemuru dan ikan lainnya) dan perairan pertengahan pelagis besar (cakalang, tuna, dan jenis ikan lainnya).
Purse seine merupakan alat tangkap utama dalam penangkapan ikan pelagis kecil di Indonesia. Alat tangkap ini menangkap ikan-ikan yang berada pada lapisan permukaan (surface layer). Alat tangkap ini dikategorikan surrounding net atau encircling net (alat tangkap yang dioperasikan dengan cara dilingkarkan). 
Purse seine merupakan alat tangkap yang paling banyak digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil di Laut Jawa. Alat tangkap purse seine tersebut digunakan oleh nelayan-nelayan di lokasi kajian, yaitu di Indramayu, Tegal, Pekalongan, Banyuwangi, dan Bali. Karakteristik teknis usaha penangkapan ikan pelagis kecil dapat dilihat pada tabel berikut.
Armada perikanan purse seine di lokasi kajian umumnya dioperasikan oleh usaha perorangan, menggunakan kasko berbahan dasar kayu. Mesin yang digunakan cukup bervariasi, dengan kekuatan mesin antara 20-360 HP, tergantung dari besarnya ukuran kapal dan wilayah operasi penangkapan. 
Kapal purse seine yang dioperasikan di Indramayu merupakan kapal-kapal purse seine berukuran kecil (10-30 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 20 HP. Operasi penangkapan dilakukan secara one day fishing. Kapal purse seine yang dioperasikan di Tegal merupakan kapal-kapal purse seine berukuran sedang (30-50 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 120 HP. Operasi penangkapan dilakukan dengan jumlah hari trip antara 7 – 20 hari per trip. Kapal purse seine yang dioperasikan di Pekalongan merupakan kapal-kapal purse seine berukuran besar (30-50 GT dan 100-130 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 120 - 360 HP. Operasi penangkapan dilakukan dengan jumlah hari, yaitu 10 – 40 hari per trip. Sedang Kapal purse seine yang dioperasikan di Juwana Pati merupakan kapal-kapal purse seine juga berukuran besar (30 – 50 GT dan 50 - 100 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 300 - 360 HP. Operasi penangkapan dilakukan dengan jumlah hari 10 – 40 hari per trip.
Karakteristik kapal purse seine yang beroperasi di Tegal, Pekalongan dan Pati merupakan kapal-kapal sedang dan besar sesuai dengan ukuran GT (30 – 100 GT), sedangkan kapal kapal yang beroperasi di daerah Indramayu merupakan kapal-kapal purse seine berukuran kecil (<>one day fishing.
Armada perikanan purse seine yang ada di Muncar dan Pengambengan umumnya dioperasikan oleh usaha perorangan, menggunakan kasko berbahan dasar kayu. Mesin yang digunakan rata-rata mempunyai kekuatan mesin sebesar 30 HP, tergantung dari besarnya ukuran kapal dan wilayah operasi penangkapan. 
Kapal purse seine yang dioperasikan di Pengambengan merupakan kapal-kapal purse seine berukuran kecil (10-30 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 20 HP. Operasi penangkapan dilakukan secara one day fishing. Kapal purse seine yang dioperasikan di Muncar merupakan kapal-kapal purse seine berukuran kecil (10 - 30 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 30 HP. Operasi penangkapan dilakukan dengan jumlah hari trip 1 hari per trip atau one day fishing. Kapal-kapal di Pengambengan dan Muncar mempunyai bentuk yang sama dan ukuran yang hampir sama. Pembuatan kapal-kapal tersebut dibuat di Madura, Muncar, dan Banyuwangi. Kapal-kapal purse seine ini berbeda dari kapal-kapal purse seine di Jawa. Umumnya masyarakat menyebutnya sebagai kapal Madura (Frezeries, 2009).
Seperti juga pada alat pennangkapan ikan lainnya ,maka satu unit purse seine terdiri dari jaring ,kapal,dan alat bantu 1(roller,lampu,echosounder,dan sebagainya).
Pada garis besarnya jaring purse seine terdiri dari kantong (bag,bunt),badan jaring, tepi jaring,pelampung,(float,cocrk),tali pelampung(cork line,float line),sayap (wing),pemberat (singker,lead),tali penarik(purse line),tali cincin(purs line),dan selvage.(Sudirman,2004)
Bagian utama dari alat tangkap purse seine adalah sayap dan badan dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1,5inchi yang terbuat dari bahan sintetis polyamide 210 D/6. Pelampung utama yang dipergunakan terbuat dari bola plastik berdiameter 10,5 cm yang dipasang pada tali ris atas dengan jarak 15 cm setiap pelampung.  Selain itu, juga terdapat pelampung tanda berupa light buoy. Pemberat yang digunakan berbentuk cincin dari timah hitam berdiameter 11,5 cm sebagai tempat lewatnya tali kolor (purseline) sewaktu penarikan jaring. Jarak setiap pemberat 20 cm.Tali temali yang dipergunakan dalam pengoperasian mini purse seine adalah tali pelampung, tali pemberat, tali kolor, tali ris atas dan bawah. Tali pelampung, tali pemberat dan tali ris terbuat dari bahan polyethilene No. 8, sedangkan tali kolor No. 18. Panjang tali kolor ini adalah 1,5 kali panjang mini purse seine.(mukhlisaipbbab4.pdf)
Menurut Sudirman dan Achmar Mallawa (2002), pada umumnya pengoperasian alat tangkap purse seine dikenal dengan dua cara yaitu dengan mengejar gerombolan ikan dan dengan menggunakan alat bantu seperti cahaya, rumpon dan fish finder.
1. Mengejar Gerombolan Ikan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui letak gerombolan ikan dengan ciri-ciri adanya perubahan warna air laut, ikan melompat-lompat di dekat permukaan, adanya buih-buih di dekat permukaan air laut dan burung yang menukik dan menyambar-nyambar di permukaan. Kemudia dilakukan pelingkaran jaring dengan menghadang arah ikan berenang lalu penarikan tali kolor, penarikan tubuh jaring dan yang terakhir pengambilan hasil tangkap.
2. Menggunakan Alat Bantu Cahaya
Penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya biasa dilakukan pada malam hari. Pertama lampus dinyalakan, biasanya ada kapal atau perahu khusus yang membawa lampu. Jika hari mulai gelap maka lampu yang berada pada perahu lampu dinyalakan sambil melakukan labuh lingkar. Sekitar 4-5 jam lampu dinyalakan atau pada saat ikan sudah banyak yang bergerombol operasi pelingkaran siap dilakukan dan bersamaan dengan itu penarikan jangkar atau perahu lampu dilakukan.

3. Menggunakan Alat Bantu Rumpon
Menggunakan rumpon tidak perlu mencari gerobolan ikan karna ikan diharapkan berkumpul disekitar rumpon. Pertama-tama dilepaskan tali rumpon dan diikatkan pelampung agar rumpon hanyut searah dengan arus permukaan air. Kemudian melihat arah dan kecepatan arus untuk mengetahui kecepatan dan arah rumpon yang telah dilepas tadi. Lalu melingkari gerombolan ikan yang berada idibawah rumpon dan yang terakhir menarik tali kolor dari jaring.
4. Menggunakan Echosounder
Penangkapan dengan menggunakan alat bantu echosounder tidak jauh bereda dengan menggunakan alat bantu lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada pencarian gerombolan ikannya. Dengan menggunakan echosounder, setiap saat dapat dimonitor ada tidaknya gerombolan ikan disuatu perairan dan pada kedalaman tertentu. Dan bahkan densitas dari gerobolan juga dapat diprediksi. Dengan begitu alat bantu ini dapat digunakan pada siang ataupun malam hari. Sedangkan untuk proses peangkapannya sama dengan mengejar gerombolan ikan.
2.1.4 Metode dan Teknik Pengoprasian Alat Tangkap
Pada umumnya dalam pengoprasian Purse seine dikenal dua cara yaitu (1)purse seine dioprasikan dengan mengejar  gerombolan ikan dan biasanya dilakukan pada siang hari.(2)menggunakan alat bantu penangkapan seperti rumpon,cahaya,fish finder,Hal ini dapat dilakukan  pada siang hari dan malam hari.
Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasinyapun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
Pada operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, density; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam. Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line adalah untuk  mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat  melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan yang terkumpul diserok / disedot ke atas kapal.(sudirman,2004).









Alat tangkap Purse Seine dikenal juga sebagai Pukat Cincin atau Pukat Lingkar. Alat tangkap ini berbentuk persegi panjang dengan pelampung (Floats) di bagian atas dan pemberat (Sinkers) serta cincin besi (Rings) di bagian bawah. Pada saat dioperasikan, kapal yang membawa alat tangkap ini melingkari sekawanan ikan yang telah dikumpulkan dengan pemikat rumpon dan lampu berkekuatan tinggi. Setelah lingkaran terbentuk sempurna maka tali kolor (Purse Line) yang terdapat di bagian bawah akan ditarik melewati cincin-cincin besi yang bergelantungan di bagian bawah jaring sehingga alat tangkap ini akan mengerucut dan berbentuk seperti mangkok dengan segerombolan ikan yang terkurung di dalamnya. Selanjutnya seluruh jaring akan ditarik ke sisi kapal dan ikan yang tertangkap akan terkumpul di bagian kantong jaring secara otomatis( M. Indera 2010)
Untuk mengoprasikan alat tangkap mini purse seine yang pertama yaitu melakukan tahap persiapan  yang meliputi persipan kkonsumsi (ransum),bahan bakar dan air tawar yang dilakukan didarat ,sedangkan pemeriksaan kapal ,alat tangkap dan alat bantu dilakuka diatas kapal.susunan alat tangkap sangat penting untuk keberhasilan pengoprasian minin purse seine.yang kedua yaitu tahap pelayaran,pelayaran menuju fishing ground dilakukan pada jam 15:00.kecepatan kapal saat menuju fishingdilakukan pada jam 15.00. Kecepatan kapal saatmenuju fishing ground 7 knot. Setelah ± 2 jam, kapal tiba di fishing ground yang telah ditentukan. Perahu lampu yang pertama kemudian dilepas dan kapal kembaliberlayar mencari posisi penempatan untuk perahu lampu kedua. Jarak antara perahulampu pertama dengan kedua ±1 km, sedangkan jarak antara perahu lampu keduadengan perahu induk ± 500 m.seterusnya yaitu Tahap penyalaan lampuPenyalaan lampu dilakukan sekitar pukul 18.00. Pada awalnya, seluruh lampudinyalakan untuk kemudian dimatikan secara bertahap satu demi satu setelahdiperkirakan ikan-ikan telah banyak bergerombol dan terkonsentrasi.selanjutnyaTahap setting (penurunan jaring)Setting pertama dilakukan sekitar jam 21.30 setelah lampu yang menyala padaperahu lampu kedua tinggal satu buah. Setting kedua dilakukan sekitar jam 23.00pada perahu lampu pertama. Setting dimulai dengan melakukan pelemparanpelampung tanda kemudian tali selambar pertama di lambung kanan kapal. Padasaat itu, juru mudi melakukan pelingkaran ke arah kiri kapal dengan kecepatantinggi (± 9 knot). Setelah itu dilakukan penurunan pelampung utama, jaring danpemberat. Kapal bergerak kembali dalam arah melingkar mendekati pelampungtanda sambil menurunkan tali selambar kedua. Kecepatan kapal dikurangi untukmengambil dan menaikkan pelampung tanda ke dek kapal dan kedua tali selambardihubungkan dengan roller untuk menarik jaring.Tahap selanjutnya yaituTahap hauling (penarikan jaring)Penarikan jaring dilakukan dengan menarik tali kolor kemudian badan jaring danpemberat. Hal ini dimaksudkan agar bagian bawah jaring mengkerut danmembentuk kantong. Penarikan jaring ini melibatkan hampir seluruh ABK.Tahap pengangkatan hasil tangkapan Pada saat pengangkatan badan jaring, terdapat sisa sebagian badan jaring yangdibiarkan di atas permukaan laut. Hasil tangkapan diangkat dengan bantuan serokdan diletakkan di atas dek kapal untuk kemudian disortir berdasarkan ukuran danjenis hasil tangkapan. Hasil tangkapan ini kemudian diletakkan dalam keranjang bambu(mukhlisaipbbab4.pdf).
Menurut Baskoro (2002) alat tangkap purse seine dioperasikan  caramelingkari gerombolan ikan baik dengan menggunakan satu kapal ataupun duaunit kapal. Setelah gerombolan ikan terkurung, kemudian bagian bawah jaringdikerutkan hingga tertutup dengan menarik tali kerut yang dipasang sepanjangbagian bawah melalui cincin. Alat penangkapan ini ditujukan untuk menangkapgerombolan ikan permukaan (pelagis fish)Tujuan penangkapan purse seine adalahschooling ikan, yang artinya bahwa ikan yang akan ditangkap tersebut biasanya hidup bergerombol (schooling), berada dekat permukaan air (sea surface) dan diharapkan dalam suatu densitasschoolling yang besar. Jika ikan belum terkumpul dalam suatu area penangkapan(catchable area), atau berada diluar kemampuan perangkap jaring, maka harusdiusahakan agar ikan berkumpul ke suatu area penangkapan. Hal ini ditempuhmisalnya dengan penggunaan cahaya dan rumpon.
Cara pengoperasian alat tangkap purse seine adalah dengan melingkari dan menutupi bagian bawah jaring. Setelah jajring dilingkarkan dan tali kolor ditarik maka alat ini akan membentuk kantong besar sehingga ikan0ikan yang terkurung didalamnya tidak dapat meloloskan diri. Penangkapan ikan dapat dilakukan dengan satu kapal (one boat system) atau dengan dua kapal (two boat system). Secara prinsip penangkapan dengan alat tangkap purse seine dapat dilakukan sebagai berikut. Pertama-tama kapal menuju ke tempat rumpon yang telah ditanam sebelumnya, dan setelah rumpon ditemukan rumpon diangkat keatas kapal dan mulai diturunkan perahu dari kapal. Kemudia kapal mulai melingkari ikan sambil menjatuhkan pelampung. Jika proses pelingkaran sudah selesai kemudian diangkat pelampung keatas kapal dan purse seine mulai ditarik dengan bantuan winch sampai purse seine ring berhasil naik keatas kapal. Kemudia badan jaring mulai ditarik keatas dengan bantuan anak buah kapal. Ikan-ikan yang tertangkap dibiarkan dulu didalam air dan diambil dengan menggunakan keranjang. Setelah selesai barulah jaring bagian kantong diangkat keatas kapal (Mulyono S. Baskoro et all, 2010).
2.1.5   Alat Bantu Penangkapan
Alat bantu yang dipergunakan dalam pengoperasian mini purse seine di Kabupaten Jeneponto adalah lampu petromaks sebanyak 8-12 buah yang diletakkan di atas perahu. Jumlah perahu lampu untuk setiap unit penangkapan adalah 2 (dua) unit dengan ukuran panjang 3,5 meter, lebar 0,5 meter dan tinggi 0,75 meter serta dilengkapi cadik pada salah satu sisi perahu sebagai pengimbang (Mukhlis, 2005).
  (Google:image, 2013)



Menurut Fiqrin (2008), alat bantu penangkapan pada purse seine ada 2, yaitu:
I. Lampu
Fungsi lampu untuk penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap seperti purse seine. Jenis lampu yang digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor), petromaks, lampu listrik (penggunaannua masih sangat terbatas hanya untuk penangkapan usaha sebagian dari perikanan industry).
  (Google:image, 2013)

II. Rumpon
Rumpon merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam) di suatu tempat tengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen utama, yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor (pemikat) dan pemberat (sinkers/anchor) (Fiqrin, 2008).
  (Google: image, 2013)

Rumpon biasa juga disebut dengan Fish Agregation Device (FAD) yaitu suatu alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam suatu catchable area. Ada beberapa prediksi mengapa ikan senang berada di sekitar rumpon:
1) Rumpon tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil lainnya, sehingga mengundang ikan-ikan yang lebih besar untuk tujuan feeding;
2) Merupakan suatu tingkah laku dari berbagai  jenis ikan untuk berkelompok di sekitar kayu terapung (seperti jenis-jenis tuna dan cakalang). Dengan demikian, tingkah laku ikan ini dimanfaatkan untuk tujuan penangkapan.
Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon diketahui oleh nelayan berdasarkan buih atau gelembung-gelembung udara yang timbul di permukaan air, warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan atau banyaknya ikan-ikan kecil yang bergerak di sekitar rumpon.
Penggunaan rumpon secara tradisional di Indonesia telah lama dilakukan terutama para nelayan di Mamuju, Sulawesi dan Jawa Timur, sedangkan penggunaan rumpon secara modern baru dimulai pada tahun 1980 oleh Lembaga Penelitian Perikanan Laut (Sudirman, 2004).
2.1.6 Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Schoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dengan individu ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jarring (panjang dan lebar) yang dipergunakan. Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus spp), bentang, kembung (Rastrehinger, spp),lemuru (Sardinella spp), slengseng, cumi-cumi, dll (Fiqrin, 2008).
Keberadaan dan dominasi kelompok jenis ikan layang (Decapterus spp) sebagai tujuan penagkapan armada pukat cincin. D. macrosoma berada di bagian Timur Laut Jawa dan Selat Makassar terjadi pada bulan September-Februari sedangkan D. russelli memperlihatkan sebaliknya banyak ditemukan ukuran besar di Perairan bagian Barat Laut Jawa. Dari hasil perhitungan rata-rata ukuran panjang D. macrosoma dapat diketahui ukuran ikan menurut daerah penangkapan, diperoleh hasil ternyata semakin kearah timur ikan semakin besar (Ambar, 2004).
Ikan yang menjadi tujuan penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan “pelagic shoaling species” yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula densitas shoal tersebut tinggi, yang berarti jarak ikan dengan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin (Sudirman, 2004).






2.1.6.1 Klasifikasi Ikan Beserta Gambar Ikan
a. Ikan Layang
Menurut Muspirahdjalal (2011), klasifikasi ikan Layang sebagai berikut:
Filum          : Chordata
Subfilum     : Vertebrata
Kelas          : Actinopterygii
Ordo           : Perciformes
SubOrdo     : Percoidei
Famili          : Carangidae (Google:image, 2013)
Genus         : Decapterus
Spesies       : Decapterus russelli
(Muspirahdjalal, 2011).
b. Ikan Lemuru
Menurut Hanggar (2010), klasifikasi ikan Lemuru sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub Class : Teleostei
Ordo : Clupeiformes
Family : Clupeidae
Genus : Sardinella (Google:image, 2013)
Species : Sardinella spp
(Hanggar, 2010).
c. Cumi-cumi
Menurut Wicaksono (2009), klasifikasi cumi-cumi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Chepalopoda
Sub class : Coloidea
Super ordo : Decapodiformes
Ordo : Decapoda
Family : Loliginidae
Genus : Loligo
Species : Loligo indica
(Wicaksono, 2009). (Google:image, 2013)
d. Ikan Kembung
Menurut Wikipedia (2012), klasifikasi ikan kembung sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Species : Rastrelliger kanagurta (Google:image, 2013)

e. Ikan Cakalang
Menurut Wikipedia (2012), klasifikasi Ikan Cakalang sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Scombridae
Genus : Katsuwonus (Google:image, 2013)
Species : Katsuwonus pelamis




2.2 Alat Tangkap Payang
2.2.1 Klasifikasi Berdasarkan FAO
Payang terbuat dari bahan jarring yang konstruksinya terdiri dari kantong, badan dan sayap, serta dilengkapi dengan pelampung dan pembertat serta tali penarik (selambar). Berdasarkan klasifikasi dari FAO, alat tangkap ini digolongkan sebagai jarring lingkar. Struktur alat tangkap ini adalah sebagai berikut:
a. Sayap : dua bagian sayap, yaitu sayap kiri dan kanan
b. Badan : terdiri atas 6 bagian
c. Kantong (cod end) :tempat berkumpulnya ikan yang terjaring
d. Tali ris atas
e. Tali ris bawah
f. Tali penarik (selambar)
g. Pelampung
h. Pemberat, terbuat dari bahan timah dan batu
(Frezeries, 2009).
Berdasarkan SNI yang dikeluarkan oleh BSN, alat tangkap paying baik yang berbadan panjang maupun pendek termasuk dalam klasifikasi jaring lingkar (surrounding nets) tanpa tali kerut, sesuai dengan International Standard Statistical Classification FishingGear – FAO, menggunakan singkatan LA dan berkode ISSCFG.01.2.0 (Wulan, 2011).
2.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010
Dalam Keputusan Menteri KP Nomor : KEP.06/MEN/2010 ditetapkan 10 (sepuluh) kelompok alat penangkap ikan. Penjelasan singkat untuk memudahkan pemahaman terhadap masing-masing kelompok alat tangkap dapat dijelaskan bagaimana uraian pada Bab III, mulai pasal 6 sampai dengan pasal 16 Peraturan Menteri KP Nomor PER.02/MEN/2011, sebagai berikut:
Alat penangkapan ikan di WPP-NRI menurut jenisnya terdiri dari 10 kelompok, yaitu:
a. Jaring lingkar (surrounding nets)
b. Pukat tarik (seine nets)
c. Pukat hela (trawls)
d. Penggaruk (dredges)
e. Jaring angkat (lift nets)
f. Alat yang dijatuhkan (falling gears)
g. Jaring insang (gill nets and entangling nets)
h. Perangkap (traps)
i. Pancing (hooks and lines)
j. Alat penjepit dan melukai (grappling and wounding)
Payang termasuk dalam pukat tarik berkapal (seine nets) (Pranoto, 2012).
Alat penangkapan ikan di WPP-NRI menurut jenisnya terdiri dari 10 (sepuluh) kelompok, yaitu: 
a. jaring lingkar (surrounding nets); 
b. pukat tarik (seine nets); 
c. pukat hela (trawls); 
d. penggaruk (dredges); 
e. jaring angkat (lift nets);
f. alat yang dijatuhkan (falling gears); 
g. jaring insang (gillnets and entangling nets); 
h. perangkap (traps); 
i. pancing (hooks and lines); dan 
j. alat penjepit dan melukai (grappling and wounding).

1. Alat penangkapan ikan pukat tarik (seine nets), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, terdiri dari: 
a. pukat tarik pantai (beach seines); dan 
b. pukat tarik berkapal (boat or vessel seines). 
2. Pukat tarik berkapal (boat or vessel seines) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari: 
a. dogol (dainess seines); 
b.  scottish seines; 
c.  pair seines; 
d. payang; 
e. cantrang; dan 
f. lampara dasar.
( Fadel, 2011 )
2.2.3 Spesifikasi Alat Tangkap










(Google:image, 2013)
2.2.4 Metode dan Teknik Peoperasian Alat Tangkap 
Pengoperasian alat penangkapan ikan pukat tarik dilakukan dengan cara melingkari gerombolan ikan pelagis atau ikan demersal dengan menggunakan kapal atau tanpa kapal. Pukat ditarik kearah kapal yang sedang berhenti atau berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui tali selambar di kedua bagian sayapnya. Pengoperasiannya dilakukan pada permukaan, kolom maupun dasar perairan umumnya untuk menangkap ikan pelagis maupun ikan demersal tergantung jenis pukat tarik yang digunakan. Pukat tarik pantai dioperasikan di daerah pantai untuk menangkap ikan pelagis dan demersal yang hidup di daerah pantai. Dogol dan lampara dasar dioperasikan pada dasar perairan umumnya menangkap ikan demersal. Payang dioperasikan di kolom perairan umumnya menangkap ikan pelagis(Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,2010).


2.2.5 Alat Bantu Penangkapan
Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan baik pada malam maupun pada siang hari. Pada malam hari terutama hari-hari gelap (tidak dalam keadaan terang bulan), penangkapan ikan dibantu menggunakan lampu petromak. Sedangkan penangkapan yang dilakukan pada siang hari menggunakan alat bantu payaos/rumpon. Namun, penangkapan ikan kadang kala tanpa alat bantu rumpon, yaitu dengan cara menduga-duga di tempat banyaknya ikan/mencari gerombolan ikan (Subani & Barus, 1989 dalam Aprilia,2011).
2.2.6 Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Hasil tangkapan payang terutama jenis-jenis ikan pelagis kecil, seperti ikan layang, selar, kembung, lemuru, tembang dan japuh. Hasil tangkapan sangat tergantung pada keadaan daerah dan banyak sedikitnya ikan yang berkumpul di sekitar rumpon (Subani & Barus, 1989 dalam Aprilia,2011).
Daerah penangkapan untuk alat tangkap payang ini pada perairan yang tidak jauh dari daerah pantai atau daerah yang subur yang tidak terdapat karang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh komposisi hasil tangkapan payang yaitu ikan Ayam – ayam (Aluterus Monoceros) 88%, ikan Tongkol (Auxis sp) 3.80%, ikan Teri (Stolephorus sp) 2.60%, ikan Kembung (Rastrelliger sp) 25%, Cumi – cumi (Loligo sp) 1.70%, ikan Selar (Caranx sp) 1.50% dan ikan Bawal Hitam (Formio Niger) 0.40% (Intan Herwindra, 2010).
Hasil tangkap dari alat tangkap payang adalah ikan – ikan permukaan. Terutama ikan – ikan pelagis kecil, yaitu ikan Layang, Selar, Kembung, Lemuru, Tembang, Japuh dan lain – lain. Hasil tangkapan alat tangkap payang untuk tahun 1986 berjumlah 152. 782 ton, sedang produksi perikanan laut secara nasional sebanyak 1. 922.781 ton (Diktat Manajemen Penangkapan Ikan, 2004).
Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkap payang adalah laying (decapterus sp), kembung (rastralliger sp), sunglir (eeuthynnus sp), selar (caranx sp), sunglir (elagatis sp), bawal hitam (formio sp). Jadi, umumnya yang tertangkap adalah ikan-ikan yang senang berada di daerah rumpon. Ikan laying merupakan hasil tangkapan yang dominan (Sudirman, 2004).


2.2.6.1 Klasifikasi Ikan Beserta Gambar Ikan
a. Ikan Ayam – ayam
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Tetraodontiformes
Family : Monacanthidae
Genus : Aluterus (Google: image,2013)
Species : Aluterus Monoceros
b. Ikan Tongkol
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Scombridae
Subfamily : Scombrinae
Tribe : Thunnini (Google: image,2013)
Genus : Auxis
Spesies : Auxis Thazard Thazard
c. Ikan Teri
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Clupeiformes
Family : Engraulidae (Google: image,2013)
Genus : Stolephorus
Spesies : Stolephorus sp





2.3    ALAT TANGKAP PANCING
2.3.1 Klasifikasi Berdasarkan FAO
Menurut Ayodyoa (1981) dalam Hakim (2012), Pancing tonda adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali panjang, mata pancing, dan umpan serta tidak menggunakan pemberat. Pancing ditarik di belakang perahu motor atau kapal yang sedang bergerak. Umpan yang dipakai adalah umpan buatan. Pancing tonda termasuk ke dalam alat penangkap ikan pancing.
Menurut Amri et. al (2009), Hook and line (pancing) merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan memancing ikan target sehingga terkait dengan mata pancing yang dirangkai dengan tali menggunakan atau tanpa umpan. Desain dan konstruksi pancing disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pancing serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan. Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap hooks and lines ini terdiri dari:
Handlines and pole-lines (hand operated)
Handlines and pole-lines (mechanized)
Set longlines
Drifting longlines
Longlines (not specified)
Trolling lines
Hook and lines (not specified)
Menurut Mukhtar (2008), menurut ISSCFG (Internasional Standart Statistical Clasification Fishing Gear) alat tangkap pancing dibagi menjadi 6 kelompok dengan kode yaitu:
1. Pancing ulur dan pancing berjoran biasa (09.1.0)
2. Pancing ulur dan pancing berjoran dimekanisasi (09.2.0)
3. Rawai menetap (09.3.0)
4. Rawai hanyut (09.4.0)
5. Rawai lainnya (09.5.0)
6. Tonda (09.6.0)
2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010
Kelompok jenis alat penangkapan ikan pancing adalah kelompok alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing dan atau sejenisnya (SNI 7277.4:2008). Dilengkapi dengan umpan alami, umpan buatan atau tanpa umpan (Fadel Kepmen, 2010).
Menurut Mukhtar (2008), berdasarkan Statistik Perikanan Indonesia alat tangkap pancing dibagi menjadi 6 kelompok yaitu:
1. Rawai Tuna
2. Rawai Hanyut lainnya, selain
3. Rawai tuna
4. Rawai Tetap
5. Huhate
6. Pancing dengan joran lainnya
7. Pancing Tonda
Menurut Fadel Kepmen (2010), jenis alat tangkap pancing dibagi menjadi 6 kelompok beserta kodenya yaitu:
1. Handlines and pole-lines/hand operated, LHP, 09.1.0:
a. Pancing ulur, LHP-PU, 09.1.0.1
b. Pancing berjoran, LHP-PJ, 09.1.0.2
c. Huhate, LHP-PH, 09.1.0.3
d. Squid angling , LHP-SA, 09.1.0.4
2. Handlines and pole-lines/mechanized, LHM, 09.2.0:
a. Squid jigging; LHM-PC, 09.2.0.1
b. Huhate mekanis, LHM-HM, 09.2.0.2
3. Rawai dasar (Set long lines), LLS, 09.3.0
4. Rawai hanyut (Drifting long lines), LLD, 09.4.0:
a. Rawai tuna, LLD-RT, 09.4.0.1
b. Rawai cucut, LLD-RC, 09.4.0.2
5. Tonda (Trolling lines), LTL, 09.6.0
6. Pancing layang-layang, LX-LY, 09.9.0.1


2.3.3 Spesifikasi Alat Tangkap
Pancing tonda untuk ikan karang yang biasa di sebur kedo-kedo merupakan alat pancing yang terdiri dari kawat stainless (antikarat) lentur yang dihubungkan dengan tali senar dengan diujungnya kemudian ditarik oleh kapal atau perahu yang bergerak. Umpannya adalah ikan hidup seperti ikan tembang dan ikan-ikan kecil sebelumnya (Yusuf et.al. 2011).
Pancing tonda terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu (1) tali pancing yang terbuat dari polyamide monofilament no.60 dengan panjang antar 50-100 m. (2) mata pancing bisa tunggal atau ganda tetapi ada juga yang memakai mata pancing sebanyak tiga buah yang diikat menjadi satu memakai simpul double sheet band yang berfungsi untuk menjerat ikan. (3) Penggulung tali dari bahan plastik dan kayu waru (4) kili-kili (swivel) yang dipakai agar tali tidak terbelit. Menurut kelompok sepuluh, parameter utama pancing tonda adalah banyaknya mata pancing yang digunakan (Satria, 2010).









(Google:images, 2013)

Pancing adalah salah satu alat tangkap yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing dapat dibuat dari bahan benang katun, nilon, polyethylin dan plastik (senar). Mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat. Jumlah mata pancing yang terdapat pada setiap perangkat (satuan) pancing itu dapat tunggal maupun ganda (dua - tiga buah) bahkan banyak sekali (ratusan sampai ribuan) tergantung dari jenis pancingnya. Ukuran mata pancingnya bervariasi, disesuaikan dengan besar kecilnya ikan yang akan ditangkap (dipancing) (Aprilia 2011).

2.3.4 Metode Dan Teknik Pengoperasian Alat Tangkap
Pengoperasian pancing ini memerlukan perahu atau kapal bermotor yang selalu bergerak yang bisa dioperasikan satu orang atau lebih. Pengoperasian pancing kedo-kedo dilakukan dengan cara pancing di turunkan ke dalam air hingga mata kail melayang dekat dasar perairan, ditarik-tarik agar umpan bergerak-gerak sehingga menarik perhatian ikan target. Jika umpan sudah termakan ikan , maka kecepatan perahu ditambah beberapa saat agar ikan terkait dengan kuat. Setelah itu perahu dihentikan kawat pancing ditarik pelan-pelan kearah perahu. Kemudian ikan di naikan ke atas dek kapal dan melepaskan kait dari mulut ikan (Yusuf et.al, 2011). 
Pengoperasian pancing tonda dapat dilakukan pada siang hari, kegiatan penangkapan bisa menggunakan perahu layar atau kapal motor. Biasanya tiap perahu membawa lebihdari dua buah pancing yang ditonda sekaligus. Penondaan dilakukan dengan mengulur ± dua per tiga dari seluruh panjang tali pancing yang disediakan (Widyastuti, 2001).
Setelah terlihat tanda-tanda ikan, kecepatan perahu diturunkan, lalu menurunkan pancing secara perlahan. Nelayan yang berada di haluan perahu menggunakan kait yang telah terpasang di bagian belakang perahu untuk memasang pancing. Pancing tonda dioperasikan dengan cara menggerak-gerakkan tali pancing dan menarik-nariknya sambil mengejar ke arah gerombolan ikan dengan perahu layar maupun kapal motor secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air, lapisan dalam maupun menelusuri dasar perairan (Nugroho, 2002).

2.3.5 Alat Bantu Penangkapan
Rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan (fish agregating device) yang terdiri dari pelampung, tali panjang, pemikat atau atraktor, dan pemberat. Alat gantu rumpon prinsipnya adalah mengumpulkan ikan agar mudah tertangkap hongga pengoperasian pancing tonda lebih evektif dan evisien (Handriana, 2007).
Alat bantu yang dipergunakan dalam pengoperasian rawai tuna adalah lampu apung atau radio apung yang berfungsi sebagai pendeteksi keberadaan atau posisi alat tangkap. Selain itu juga umumnya dilengkapi dengan line hauler, line thrower, belt conveyor, penggulung tali cabang dan peralatan oceanografi (Nautika, 2011).
Umpan yang digunakan pada alat tangkap pancing yaitu umpan mati, umpan hidup dan umpan tiruan. Umpan tiruan merupakan umpan palsu yang dapat menarik perhatian ikan. Ikan yang tertangkap pada pancing biasanya terkait di bagian mulutnya. Hal ini terjadi karena ikan terangsang dan tertarik pada umpan,kemudian berusaha menyambarnya yang pada akhirnya terkait (Aprilia,, 2011).

2.3.6 Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Alat tangkap ini menangkap jeni-jenis ikan kualitas tinggi misal ikan tuna, cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynrus affinis), tenggiri (Scomberomeus commersinii), dan ikan pelagis lainnya (Nugroho, 2002).
Menurut Gunarso (1989) dalam Satria (2010), Hasil tangkapan utama pancing tarik adalah ikan tongkol (Auxis sp.), ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), ikan tenggiri (Scomberomorus spp.), Pari (Dahsyatis sp.), cucut botol (carcharinus sp.), madidihang (Thunnus albacora), tuna mata besar (Thunnus obsesus), tunas sirip biru(Thunnus maccoyii), ikan pedang (Xipias gladias), setuhuk hitam (Makaira indica), setuhuk putih (Makaira masara).

2.3.6.1 Klasifikasi Ikan Beserta Gambar Ikan
Klasifikasi ikan tuna menurut Saanin (1984) dalam  Handriana (2007):
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Sub Order : Scombroidei (Google:images, 2013)
Family : Scombridae
SubFamily : Scombrinae
Genus : Thunnus
Species : Thunnus albacares
  Thunnus obesus
  Thunnus alalunga
  Thunnus thynnus

Klasifikasi ikan Cakalang menurut Saanin (1984) dalam Handriana (2007) :
Phylum : Chordata
SubPhylum : Vertebrata
Class : Pisces
SubClass : Actinopterygii
Order : Perciformes
SubOrder : Scombroidea (Google:images, 2013)
Famili : Scombridae
SubFamily : Scombrinae
Genus : Katsuwonus
Species : Katsuwonus pelamis

Klasifikasi Tongkol menurut Saanin (1984) dalam Handriana (2007):
Phylum : Chordata
SubPhylum : Vertebrata
Class : Pisces
SubClass : Actinopterygii
Order : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Euthynnus (Google:images, 2013)
Species : Euthynnus affinis



BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat Praktikum Dan Fungsinya
3.1.1 Alat Tangkap Payang
Alat-alat yang digunakan untuk melakukan identifikasi payang antara lain:
1. Roll meteran 3-5 meter : untuk mengukur panjang tali pada alat tangkap.
2. Jangka sorong (vernier calliper) : untuk mengukur ketebalan tali pada alat tangkap.
3. Tali urai : sebagai tanda jumlah hitungan. 
4. Counter point : sebagai alat pengukur jumlah hitungan.
5. Net gauge : sebagai alat pengukur mata jaring.
6. Buku Catatan : untuk mencatat hasil pengamatan.

3.1.2 Alat Tangkap Pancing Ulur
Alat-alat yang digunakan untuk melakukan identifikasi payang antara lain:
1. Roll meteran 3-5 meter : untuk mengukur panjang tali pada alat tangkap.
2. Jangka sorong (vernier calliper) : untuk mengukur ketebalan tali pada alat tangkap.
3. Buku Catatan : untuk mencatat hasil pengamatan.

3.1.3 Alat Tangkap Purse Seine
Alat-alat yang digunakan untuk melakukan identifikasi payang antara lain:
1. Roll meteran 3-5 meter : untuk mengukur panjang tali pada alat tangkap.
2. Jangka sorong (vernier calliper) : untuk mengukur ketebalan tali pada alat tangkap.
3. Counter point : sebagai alat pengukur jumlah hitungan.
4. Buku Catatan : untuk mencatat hasil pengamatan.

3.2 Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Angket atau Kuesioner
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon (resoponden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawtir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisan daftar pertanyaan. Disamping itu pula responden megetahui informasi tertentu yang diminta (Pasaribu, 2012).
2. Metode Dokumentasi
`Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana penelitimenyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah pengunjung perpustakaan (Arikunto, 2002).
3. Wawancara 
Wawancara digunakan unutuk mengetahui keadaan seseorang dan mencarai informasi mengenai suatu permasalahan. Tipe wawancara ada dua yakni wawancara langsung atau serta merta dan wawancara tidak langsung yang sebelumnya membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu. Dalam melaksanakan wawancara, pewawancara memberi pedoman yang hanya merupakan garis besar dari hal-hal yang akan ditanyakan (Digilib ITS, 2012).   
4. Observasi 
Menurut Rahardjo (2011), observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Metode pengambilan data yang dilakukan pada saat Praktikum Metode Penangkapan Ikan di PPN Prigi adalah dengan wawancara. Para praktikan sebagai pewawancara dan nelayan sebagai narasumber atau responden. Namun, selain melakuka metode wawncara, praktikan juga melakukan metode observasi yakni dengan mengukur panjang, lebar alat tangkap secara langsung.
3.3 Jenis Data
Menurut Suryana (2010), data penelitian berdasarkan sumbernya dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.

Menurut Anonim (2006), data penelitian berdasarkan jenis datanya dibagi menjadi 2 yaitu data kuantitatif dan data kualitatif:
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka. Misalnya adalah jumlah pembeli saat hari raya idul adha, tinggi badan siswa kelas 3 ips 2, dan lain-lain.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang mengandung makna. Contohnya seperti persepsi konsumen terhadap botol air minum dalam kemasan, anggapan para ahli terhadap psikopat dan lain-lain.



















BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum
a) Alat Tangkap Payang
1. Komponen Utama Jaring Payang
a. Tali – Temali Jaring
Tali Sayap Panjang
Bahan Arnet
Diameter 30 mm
Panjang 150 m
Tali Pada Mulut Payang
Bahan Nilon
Diameter 20 mm
Panjang 50 m

b. Pelampung Dalam 1 Unit : 14 buah
Bahan Plastik
Bentuk Bola
Ukuran per Buah
Diameter Lubang 2,5 mm
Diameter (Tebal) 8 mm
Panjang 8 mm
Daya Apung
Jarak Antar Pelampung 7 m
Jumlah 14 buah




c. Pelampung Tambahan Dalam 1 Unit : Jirigen
Bahan Plastik
Bentuk Silinder
Ukuran per Buah
Diameter Lubang 20 mm
Diameter (Tebal) 65 mm
Panjang 270 mm
Jarak Antar Pelampung 7 m
Jumlah 14 buah

d. Pemberat
Bahan Batu
Bentuk Bola
Ukuran per Buah
Diameter Lubang 1,67 cm
Diameter (Tebal) 14,5 cm
Panjang 13 m
Berat 2 kg
Jarak Antar Pemberat 7 m
Jumlah 24 buah

e. Jaring
1) Jaring Pada Sayap :
Bahan (Monofilament) Arnet
Diameter Benang 0,5 inch
Ukuran Mata Jaring (Mesh size) 30 cm
Ukuran Jaring
Jumlah Mata Jaring ke arah Panjang (Mesh Lenght) 200 #
Jumlah Mata Jaring ke arah Lebar (Mesh depth) 15 #


2) Badan Jaring :
Diameter Benang (untuk Monofilament) 0,5 inch
Ukuran Mata Jaring (Mesh size) 30 cm
Ukuran Jaring
Jumlah Mata Jaring ke arah Panjang (Mesh Lenght) 700 #
Jumlah Mata Jaring ke arah Lebar (Mesh depth) 200 #

3) Kantong :
Bahan dan Diameter Benang (untuk Monofilament) Paralon
Ukuran Mata Jaring (Mesh size) 2,5 cm
Ukuran Jaring
Jumlah Mata Jaring ke arah Panjang (Mesh Lenght) 15 #
Jumlah Mata Jaring ke arah Lebar (Mesh depth) 7 #

f. Sarana Apung :
Jenis Motor Tempel
Nama dan Alamat
Nama Kapal dan Tanda Selar Bintang Anugerah
Nama Pemilik Abdul Bahri
Nama Nakhoda Abdul Bahri
Bahan Kayu
Ukuran 
Panjang 8 m
Lebar 3 m
Tinggi/Dalam 3,5 m
Tonase 10 GT
Anak Buah Kapal (ABK)/Nelayan 10 orang



b)  Alat Tangkap Pancing
1. Komponen Utama Pancing
a. Tali-Temali
Tali Utama Pancing (Main Line)
     a. Bahan Senar Damil
     b. Diameter 0,12 mm
     c. Panjang 15-17 m
Tali Cabang (Branch Line)
     a. Bahan Senar Monofilamin
     b. Diameter 1,5 mm
     c. Panjang 200 m

1) Bahan Timah dan Batu 
2) Ukuran per buah
     a. Diameter (Tebar) 2,51 cm
     b. Panjang 14 cm
     c. Berat 0,5-1 kg
3) Jumlah 1 buah
b. Pemberat


c. Sarana Apung
1) Jenis Kapal Motor
2) Nama dan Alamat
     a. Nama kapal dan tanda selar Tirta Mina 
     b. Nama pemilik Pak Agus
     c. Nama Nahkoda Pak Taufik
3) Bahan Kayu 
4) Ukuran 15x3x1 m
     a. Panjang 15 m
     b. Lebar 2,8 m
     c. Tinggi/ Dalam 1,5 m
     d. Tonase 3 Gross Tonnag (GT)
5) Anak Buah Kapal (ABK)/ Nelayan 4-6 Orang
Keterangan : Alat bantu tambahan berupa GPS, kompas, gancu, lampu, serok
c)   Alat Tangkap Purse Seine
1. Komponen Utama Jaring Purse Seine
a. Tali-Temali Jaring   : Nilon
Tali Pelampung
Diameter 8 mm
Panjang 600 m
Tali Ris Atas
Diameter 2 mm
Panjang 600 m
Tali Pemberat
Diameter 8 mm
Panjang 600 m
Tali Ris Bawah
Diameter 2 mm
Panjang 600 m

b. Pelampung dalam 1 Unit : 150 buah
Bahan Gabus campuran karet
Bentuk Ellips 
Ukuran per Buah
Diameter Lubang 8,6 mm
Diameter (Tebal) 20,7 mm
Panjang 130 mm
Jarak Antar Pelampung 8 cm
Jumlah 900 buah
c. Pelampung Tambahan dalam 1 Unit/Pelampung Tengah :
Bahan Gabus campuran karet
Bentuk Ellips 
Ukuran per Buah
Diameter Lubang 13,1 mm
Diameter (Tebal) 30,3 mm
Panjang 160 mm
Jarak Antar Pelampung 52 cm

d. Pemberat pada Jaring Purse Seine :
Bahan Timah 
Ukuran per Buah
Diameter Lubang 0,1 mm
Diameter (Tebal) 0,1 mm
Panjang 5,5 cm
Berat 165 gram
Jarak Antar Pemberat 8 cm
Jumlah 2000 buah

e. Jaring : Nilon
1) Penguat Atas (Selvedge/Srampat Atas) dalam :
Bahan dan Diameter Benang (untuk Monofilament) 0,2 cm 
Ukuran Mata Jaring (Mesh size) 120 mm
Ukuran Jaring
Jumlah Mata Jaring ke arah Panjang (Mesh Lenght) 10.000 #
Jumlah Mata Jaring ke arah Lebar (Mesh depth) 4000 #





2) Tubuh Jaring Lapis :
Bahan dan Diameter Benang (untuk Monofilament) 0,6 cm 
Ukuran Mata Jaring (Mesh size) 1 mm
Ukuran Jaring
Jumlah Mata Jaring ke arah Panjang (Mesh Lenght) 10.000 #
Jumlah Mata Jaring ke arah Lebar (Mesh depth) 4000 #

3) Penguat Bawah (Selvedge/Srampat Bawah) dalam 1 pis:
Bahan dan Diameter Benang (untuk Monofilament) Nilon, 0,5 mm 
Ukuran Mata Jaring (Mesh size) 0,8 mm
Ukuran Jaring
Jumlah Mata Jaring ke arah Panjang (Mesh Lenght) 10.000 #
Jumlah Mata Jaring ke arah Lebar (Mesh depth) 40@35-45 #

f. Sarana Apung :
Jenis Motor Tempel
Nama dan Alamat
Nama Kapal dan Tanda Selar Mutiara
Nama Pemilik Pak Man
Alamat Pemilik Dukun Sumber, Desa Tasik Madu
Nama Nakhoda Pak Agus salim
Alamat Nakhoda Ds. Prigi Kec. Watulimo RT. 06 RW. 04 Trenggalek
Bahan Kayu
Ukuran 
Panjang 20 m
Lebar 5 m
Tinggi/Dalam 2,5 m
Tonase 16 GT


4.2 Pembahasan
4.2.1 Alat Tangkap dan Metode Penangkapan Ikan di PPN Prigi, Trenggalek
Alat tangkap yang umumnya digunakan oleh para nelayan di PPN Prigi-Trenggalek diantaranya adalah payang, purse seine serta pancing. Dari ketiga alat tangkap tersebut, masing-masing memiliki ciri khas tersendiri dalam hal bentuk maupun target penangkapan.
a. Payang
Menurut Subani dan Barus (1989) dalam Sari (2011), menyatakan bahwa payang termasuk dalam klasifikasi pukat kantong lingkar yang terbuat dari bahan jaring, secara garis besar terdiri atas kantong (bag), badan/perut (body/belly) dan kaki/sayap (leg/wing).
Alat ini dalam pengoperasiannya dibantu dengan rumpon sebagai pengumpul ikan yang dilakukan pada siang hari. Sedangkan pada malam hari terutama pada hari-hari gelap (tidak dalam keadaan terang bulan) dengan menggunakan alat bantu lampu petromaks. Penangkapan dengan payang dapat dilakukan dengan perahu layar maupun dengan kapal motor. Penggunaan tenaga berkisar antara 6 orang untuk payang berukuran kecil dan 16 orang untuk payang besar (Genisa, 1998).
Dari hasil pengisian data, para nelayan di PPN Prigi-Trenggalek sebagian besar menggunakan payang berbahan tali serta jaring dari arnet. Pelampung yang digunakan berasal dari plastik berbentuk bola dengan jumlah berkisar 14 buah dalam 1 unit. Pemberat berbahan batu yang berbentuk bola berjumlah 24 buah di sisi kanan serta kiri. Sarana apung untuk alat tangkap ini adalah motor tempel berbahan kayu dengan tonase mencapai 10 Gross Tonnag dan mampu menampung ABK antara 9 sampai 10 orang.
Dari uraian data di atas, pengoperasian alat tangkap payang di PPN Prigi-Trenggalek sudah sesuai standar dimana kapal yang digunakan adalah motor tempel dan ABK yang terlibat dalam pengoperasian payang berkisar antara 6 sampai 16 orang (Irnawati, 2004 dalam Sari, 2011). 
b. Pancing
Menurut ayodhyoa (1975) dalam Syamsuri (2001), pancing perawai adalah suatu alat penangkapan yang pasif terhadap ikan dan termasuk dalam perikanan pancing (angling). Prinsip perawai adalah dengan meletakkan umpan pada mata pancing, pancing diberi tali, bila ikan memakan umpan, maka akan termakan pula mata pancing dan terakhir tali pancing akan ditarik ke perahu bersama ikannya. Umpan yang biasa digunakan untuk menangkap ikan demersal antara lain adalah jenis-jenis lemuru, layang, selar, tembang, kembung dan kadang-kadang menggunakan jenis cumi-cumi, sotong atau udang kecil.
Salah satu alat tangkap pancing yang digunakan oleh para nelayan di PPN Prigi adalah pancing tonda. Pancing tonda adalah alat tangkap berupa tali yang diberi umpan tiruan (imitation bait) di sekitar mata pancing dan dioperasikan dengan cara menarik pancing tersebut menggunakan kapal secara horisontal. Selain umpan tiruan, ada pula yang menggunakan umpan benar (true bait). Pancing tonda merupakan alat tangkap tradisional yang bertujuan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis seperti tuna, cakalang dan tongkol yang biasa hidup dekat permukaan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan kualitas daging yang tinggi (Gunarso, 1989 dalam Sari, 2011).
Data hasil praktikum lapang didapat bahwa tali utama dan tali cabang pancing berbahan senar (monofilament). Pemberatnya terbuat dari timah atau batu dengan berat antara 0,5 sampai 2 kg. Sarana apung untuk alat tangkap pancing adalah motor tempel dengan tonase 3 Gross Tonnag serta ABK berjumlah 4 orang. Alat bantu yang biasa digunakan adalah kompas, GPS, ganco dan serok.
Sesuai data yang didapat, pengoperasian alat tangkap pancing tonda di PPN Prigi-Trenggalek sudah cukup baik. Pengoperasian alat tangkap ini memerlukan ABK antara 4-7 orang. Umumnya, panjang kapal yang digunakan adalah berkisar 5-20 meter, dengan ruang kemudi di bagian depan kapal atau haluan dan dek tempat bekerja berada di bagian belakang kapal atau buritan. 

c. Pukat Cincin (Purse Seine)
Menurut Subani dan Barus (1989) dalam Sari (2011), purse seine disebut juga pukat cincin, karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin-cincin pada pinggir jaring tempat tali kerut (purse line) dimasukkan ke dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut ini penting, terutama pada waktu pengoperasian jaring. Adanya tali kerut menyebabkan jaring yang asalnya tidak berkantong akan membentuk kantong pada akhir operasi penangkapan ikan.
Penangkapan dengan purse seine memperlihatkan beberapa faktor yaitu pencarian kelompok ikan, pengepungan gerombolan ikan, dan pengoperasian jaring. Apabila kelompok ikan telah ditemukan, maka kapal segera melakukan pengejaran (Genisa, 1998).
Data yang didapat saat praktikum lapang menyebutkan bahwa komponen utama jaring purse seine terbuat dari nilon. Pelampung terdiri dari 2.500 buah dalam 1 unit, berbahan gabus serta memiliki pelampung tambahan berbahan karet. Pemberat yang digunakan terbuat dari timah dengan berat masing-masing adalah 250 gram. Jaring purse seine berbahan nilon. Sarana apung berupa kapal motor dengan tonase 16 Gross Tonnag.
Alat tangkap purse seine yang dioperasikan di PPN Prigi-Trenggalek memiliki tonase melebihi standar, yaitu 10-15 GT dengan kekuatan mesin kapal sekitar 33-45 daya kuda. Sedang ukuran kapalnya sendiri memiliki lebar yang sesuai yaitu antara 3-5 meter. Tetapi, panjang kapal tidak sesuai stadar, yaitu 10-15 meter (Rasdani et.al, 2006 dalam Sari, 2011).





4.2.2    Analisa Ekonomi
4.2.2.1 Payang
Biaya yang digunakan dalam usaha unit penangkapan payang terdiri atas biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi terdiri atas biaya pembelian kapal, mesin, alat tangkap (payang), fiber, baskom dan jerigen. Biaya investasi yang ditanamkan pada usaha payang adalah sebesar Rp. 35.204.083,33. Sedang biaya tetap dalam usaha penangkapan payang sebesar Rp. 8.085.339,28 per tahun, terdiri atas biaya perawatan mesin, perawatan alat tangkap dan perawatan kapal. Biaya variabel sebesar Rp. 138.927.829,50 per tahun terdiri atas biaya pembelian bensin, minyak tanah, oli, es, konsumsi dan upah ABK (Citrasari, 2004).
Menurut Manadiyanto et.al (1987) dalam Putra et.al (1992), sistem bagi hasil yang berlaku untuk setiap daerah, berbeda tergantung kepada perjanjian maupun keadaan sosial pyang berlaku di daerah setempat. Besarnya bagian yang diterima oleh masing-masing tergantung pada status dan peranan yang dilakukan.
Pendapatan yang diperoleh nelayan dan juragan melalui sistem bagi hasil. Pada sistem bagi hasil ini setiap pendapatan bersih dibagi menjadi dua, yaitu 50% untuk pemilik dan 50% untuk nelayan. Pendapatan bersih untuk nelayan sebesar 50% ini kemudian dibagi-bagi antar nelayan dengan besar pendapatan sesuai dengan tugasnya masing-masing. Sistem bagi hasil ini dianggap sudah adil bagi para nelayan di PPN Prigi-Trenggalek. Berdasarkan hal ini berarti semakin bertambahnya jumlah upaya penangkapan, maka hasil tangkapan akan meningkat serta pendapatan juragan dan nelayan pun akan meningkat.
4.2.2.2 Pancing
Dalam analisis usaha penangkapan, komponen yang digunakan antara lain adalah biaya tetap, biaya variabel, penerimaan usaha yang diperoleh dari usaha penangkapan. Ada beberapa bentuk penyajian analisis usaha yang biasa dipakai untuk menguji keuntungan, antara lain analisis pendapatan usaha dan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R-C ratio) (Soekartawi, 2002 dalam Sari, 2006)
Investasi usaha penangkapan ikan menggunakan pancing rata-rata berjumlah Rp. 19.985.231. Presentase investasi usaha yang besar digunakan untuk pembelian kapal dan mesin. Selain itu, dibutuhkan juga alat navigasi dan fish finder untuk menemukan lokasi ikan. Selain investasi, terdapat juga biaya tetap dan tidak tetap dalam usaha penangkapan ikan menggunakan pancing. Unsur biaya tetap terdiri dari izin usaha, pajak lain, pemeliharaan perahu, pemeliharaan mesin, pemeliharaan alat tangkap dan biaya penyusutan. Rata-rata biaya tetap berjumlah Rp. 12.296.551. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya bensin, minyak cmpur, minyak tanah, oli, garam, es balok, umpan dan konsumsi (Saptanto et.al, 2011).
Usaha penangkapan ikan menggunakan pancing di PPN Prigi-Trenggalek masih memiliki prospek yang cukup baik meskipun masih tergolong tradisional. Ditinjau dari pendapatan, baik untuk pemilik kapal, nahkoda maupun ABK dapat dikatakan masih tergolong cukup layak karena lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran untuk konsumsinya.
4.2.2.3 Purse Seine
Ikan yang ditangkap oleh purse seine yaitu ikan kembung, tongkol, selar betong, tenggiri, layang dan tembang. Jumlah hasil tangkapan rata-rata tiap musim dalam setahun berbeda. Pada musim puncak, jumlah ikan yang tertangkap sepanjang musim mencapai 85.000 kg, selama musim sedang 39.000 kg ikan yang tertangkap, dan selama musim paceklik yang tertangkap hanya 12.000 kg (Sari, 2011).
Pembagian hasil perikanan pada nelayan purse seine dibawah 30 GT adalah 50% untuk nelayan pemilik dan 50% buntuk nelayan buruh (anak buah kapal) dari penerimaan bersih (total Peneriamaan kotor dikurangi biaya operasional dan biaya untuk pengurus). Biaya variabel ditanggung oleh nelayan pemilik dan nelaya buruh, sedangkan biaya tetap ditanggung oleh nelayan pemilik (Sari, 2006).
Berdasarkan uraian di atas, kondisi ekonomi para nelayan purse seine  di PPN Prigi-Trenggalek masih tergolong cukup baik. Mengingat sistem bagi hasil yang dirasa cukup adil dimana nilai untuk pemilik 50% dan untuk ABK 50% dari pendapatan bersih serta biaya tetap yang ditanggung sendiri oleh pemilik yang bisa sedikit meringankan beban para ABK. Kendala yang dihadapi mungkin hanya pada saat musim paceklik yang secara tidak langsung juga mengurangi pendapatan para nelayan purse seine.











BAB V
 PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
1. Kegiatan penangkapan ikan merupakan salah satu dari bidang ilmu perikanan, yaitu perikanan tangkap. Kegiatan tersebut tidak lepas dari alat tangkap ikan serta kapal penangkapan ikan.
2. Luas perairan pantai selatan Kabupaten Trenggalek termasuk perairan ZEE kurang lebih 17.000 km² dengan potensi lestari sebesar 48. 110 ton yang meliputi ikan pelagis dan ikan demersal.
3. Metode yang digunakan dalam praktikum  Metode Penangkapan ikan adalah metode observasi dan wawancara.
4. Ukuran setiap komponen pada setiap alat tangkap sangat menentukan hasil tangkapan yang akan diperoleh baik dari segi ukuran, jenis dan kandungan dari ikan.
5. Dari ketiga alat yang sering digunakan di Prigi tersebut, alat yang paling banyah mendapatkan hasil adalah purse seine.
6. Konstruksi purse seine adalah: bagian jaring(utama, kantong, sayap), selvedge, tali temali, pelampung, pemberat, cincin.

5.2 SARAN
Sebaiknya untuk pengambilan sampel dilakukan dari narasumber yang berbeda agar data yang didapatkan lebih beragam serta dapat dilihat secara menyeluruh. Kepada tim asisten lebih koordinasi agar tercipta hubungan yang intens dengan praktikannya. Serta hendaknya perlu dihadirkan narasumber seorang nelayan agar stratifikasi dalam pengambilan data lebih merata.




DAFTAR PUSTAKA
Ambar, 2004. Jurnal Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus sp) Hasil Tangkapan Purse Seine yang didaratkan di PPN Pekalongan. Pekalongan.
Amri,Khairul. Tadjuddah Muslim, Komala Ratna. 2009. Kajian Keramahan Lingkungan Alat Tangkap Menurut Klasifikasi Statistik Internasional Standar FAO. http://tadjuddahmuslim.wordpress.com/category/html. Di akses pada tanggal 05 Mei 2013 pukul 15.00 WIB 
Aprilia Siska.  2011. Trofik Level Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap yang Digunakan Nelayan Di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Cahyono, Nugroho Ardi, 2011. Alat Tangkap Payang. http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com 
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan. Payang. 2004. Hal. 33 – 44
Ernams.2008.Teknik Wawancara. Tersedia pada http://ernams.wordpress.com
Fadel, 2011. Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia Nomor PER.02/MEN/2011
Fiqrin, 2008. http://fiqrin.wordpress.com/artikel-tentang-ikan/purse-seine/
Frezeries, 2009. http://frezeries.blogspot.com/2009/11/karakteristik-teknis-alat-tangkap-purse.html
Hakim, Tegar, S.Pi 2012. Definisi pancing tonda. http://tegarhakim.blogspot.com/definisi-pancing-tonda.html.Diakses pada tanggal 05 Mei 2013 pukul 15.00 WIB
Handriana Jualina, 2007. Skripsi:Pengoperasian Pancing Tonda pada Rumpon di Selatan Perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Herwindra, Intan. 2010. Analisis Hasil Tangkapan Payang di Perairan Kabupaten Kendal. http://pptawang-kendal.blogspot.com 
Kepmen, 2010. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.06/Men/2010 Tentang Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Menteri Kelautan Dan Perikanan R.I. Jakarta.
Mukhtar.A.Pi.M.Si. 2008. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan. http://mukhtar-api.blogspot.com/2008/09/klasifikasi-alat-penangkapan-ikan.html.Di akses pada tanggal 05 Mei 2013 pukul 15.00 WIB
Nautika, 2011. Rawai Tuna: Nautika Perikanan Laut. http://npl-vedca.blogspot.com/html. Diakses pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 23.00 WIB. Di akses pada tanggal 05 Mei 2013 pukul 15.00 WIB
Nugroho, Prasetyo. 2002. Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing Terhadap Hasil Tangkapan Pancing Tonda di Perairan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Bogor : Institut Petanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Rahardjo, Mudjia.2011. Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. Tersedia pada http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id.
Satria, 2010. Pancing Dan Sejenisnya (Hook And Line And Their Kinds) Pancing Tonda. http://satriaafnan.blogspot.com/pancing-tonda-api.html.Di akses pada tanggal 05 Mei 2013 pukul 15.00 WIB
Sudirman, 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta: Jakarta
Widyastuti.Santi, 2001. Studi Perikanan Pancing Mili-Mili (troll lines) yang Berbasis di PPI Lempasing Bandar lampung. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Wulan, 2011. Jurnal Penilaian Penggantian Unit Penangkapan Payang di PPN Pelabuhan Ratu. Bogor
Yusuf.Chandhika,Sugiyanta,Habibi Abdullah. 2011. Perikanan Kerapu Dan Kakap-Panduan Penangkapan dan Penanganan.Versi 1, Oktober 2011. WWF. Indonesia.
Zipcodezoo, 2012. Taxonomy. www.zipcodezoo.com







G

























No comments:

Post a Comment