1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oseanografi adalah salah satu
bidang ilmu yang masih baru bagi Indonesia, maka kemampuan kita di bidang ini
pada umumnya masih terbatas, baik ditinjau dari banyaknya tenaga ahli, sarana
maupun prasarana yang diperlukan untuk survey, monitoring, penelitian, analisa
dan evaluasi maupun untuk perumusan kebijaksanaannya. (Nurjaya, 1991)
Tidaklah berlebihan jika dikatakan Oseanografi merupakan
ilmu dasar yang mempelajari keadaan di laut agar kita dapat memanfaatkan laut
untuk kesejahteraan umat manusia pada umumnya dan bangsa Indonesia pada
khususnya. (Rahardjo
dkk, 1982)
Laut,
seperti halnya daratan yang dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut, mulai dari
pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun. Keberadaan biota
laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang
penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia
(Romimohtarto, 2009).
1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud
dari praktikum Oseanografi ini adalah agar praktikan dapat mengkaji perilaku cahaya
di lautan dengan sifat optis air, mengukur suhu air laut, gelombang, pasang surut
air laut, arus, salinitas, pH dan oksigen terlarut (DO).
Tujuan
dari praktikum Oseanografi ini adalah praktikan mampu mengaplikasikan dan
menjelaskan perilaku cahaya di lautan dengan sifat optis air, mengukur suhu air
laut, gelombang, pasang surut air laut, arus, salinitas, pH, dan oksigen
terlarut (DO).
1.3
Waktu dan Tempat
Praktikum
Oseanografi ini dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 11 November 2012, pukul
09.00 - selesai. Tempat Praktikum Oseanografi ini adalah di Pelabuhan Perikanan
Pantai Mayangan, Kota Probolinggo Propinsi Jawa Timur.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perairan Laut
Ekosistem
lautan merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi. Lautan didunia
dapat dianggap sebagai satu kesatuan ekosistem dimana serangkaian komunitas dapat
dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia air laut di sekelilingnya. Selanjutnya
ekosistem yang besar ini dapat dibagi menjadi seksi-seksi atau daerah-daerah
yang kecil dimana parameter fisika, kimia yang mempunyai pengaruh yang berbeda
terhadap populasi (Nybakken, 1988).
Laut
adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin. Kata laut sudah dikenal
sejak dahulu kala oleh bangsa kita dan bahkan oleh bangsa-bangsa di beberapa
Negara di Asia Tenggara seperti Filiphina, Malaysia, Thailand, Singapura dan
mungkin beberapa suku bangsa lain di kawasan ini. Laut lepas yang luas yang
dibatasi oleh benua-benua yang kita kenal sebagai samudera. Di perairan
Indonesia, hampir semua bentuk dasar laut dapat ditemukan seperti paparan, lereng,
cekungan dan teluk berupa basin dan palung. (Romimohtarto, 2009).
2.2 Parameter Fisika
2.2.1
Suhu
Suhu permukaan laut adalah salah satu
sifat lingkungan yang paling mudah diukur di laut. Itu adalah satu-satunya elemen oseanografi yang memuaskan untuk diamati dan dilaporkan pada
jadwal sinoptik. Informasi pada SST berguna untuk memecahkan berbagai masalah
dan di samping itu, SST merupakan indikasi dari kondisi lain dan proses di laut.
Dalam
mengembangkan sinoptik oseanografi pentingnya pengetahuan tentang distribusi SST
sebanding dengan pentingnya pengetahuan distribusi tekanan di atmosfer (Laevastu,1980).
Secara keseluruhan, sebagian besar air samudera itu dingin.
Kurang dari 10%volume air laut di muka bumi suhunya lebih dari 100C
dan lebih dari 75% suhunya di bawah 40C. Alasan utama dari
perbandingan ini adalah karena sinar matahari hanya mampu menembus laut sampai
beberapa ratus meter saja. Sedangkan pengaruh penyinaran matahari musiman hanya
mencapai kira – kira 100 m. Akibatnya, di samudera terdapat lapisan atas yang
relatif hangat yang dihubungkan dengan lapisan transisi mendadak ke air dingin
yang merupakan kolom air samudera sisanya. Daerah (lapisan) dengan penurunan
suhu cepat ke bawah ini disebut termoklin (Romimohtarto, 2009).
Suhu
merupakan parameter laut yang sangat penting. Oleh karena itu, pada setiap
penelitian oseanografi pengukuran suhu air laut selalu dilakukan. Pentingnya
mengetahui suhu perairan ialah untuk mempelajari proses-proses fisika, kimia
maupun biologi di laut. Sebagai gambaran, arus yang merupakan suatu proses
fisika laut dapat terjadi karena adanya perbedaan densitas atau kepadatan
massa-massa air yang sangat ditentukan oleh suhu. Beberapa faktor yang
mempengaruhi suhu laut ialah radiasi matahari, penguapan, proses kimia,
pergerakan arus dan panas yang berasal dari pusat bumi. (Rahardjo dkk, 1982)
2.2.2
Kecepatan
arus
Arus laut permukaan merupakan pencerminan langsung dari pola
angin yang bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan ini digerakkan oleh
angin. Air di lapisan bawahnya ikut terbawa, karena adanya gaya coriolis
(coriolis force), yakni gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi, maka arus
di permukaan laut berbelok ke kanan dari arah angin dan arus di lapisan
bawahnya akan berbelok lebih ke kanan lagi dari arah arus permukaan. Ini
terjadi di belahan bumi utara. Di belahan bumi selatan terjadi hal sebaliknya
(Romimahtarto, 2009).
Arus
adalah suatu gerak air yang menyebabkan air pemukaan berpindah secara
horizontal. Massa air permukaan gerakannya berbeda dengan massa air dalam, yang
mana gerakan masa air permukaan dipengaruhi oleh angin, sedangkan gerakan massa
air dalam tidak dipengaruhi oleh angin. (Nybakken, 1988).
2.2.3
Kecerahan
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang
ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Secchi disk
dikembangkan oleh Profesor Secchi sekitar abad 19 yang berusaha menghitung
tingkat kekeruhan air secara kuantitatif. Tingkat kekeruhan air tersebut
dinyatakan dengan suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk (
Effendi, 2003).
2.2.4 Sifat Optis Air
Fenomena
umum optik sering disebabkan oleh interaksi dari cahaya matahari atau bulan
dengan atmosfer, awan, air, atau debu dan material lainnya. Satu contoh umum
yaitu pelangi, ketika cahaya matahari dipantulkan dan dibiaskan oleh
tetesan-tetesan air. Beberapa seperti sinar hijau, sangat jarang terjadi
sehingga kadang terpikir seperti cerita dongeng. Lain-lain seperti fatamorgana,
umum terjadi di lokasi tertentu (Afrianti, 2008).
Sifat
optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari Semakin lama matahari
berada. Sifat optis air dimiliki semakin besar sudut datang semakin
besar.Intensitas matahari semakin besar maka sifat optis air akan bervariasi
(Nybaken, 1985).
2.2.5 Kekeruhan
Kekeruhan
air dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang masuk ke
dalam perairan atau disebut juga dengan intensitas cahaya matahari. Cahaya
matahari di dalam air berfungsi terutama untuk kegiatan asimilasi fito/ tanaman
di dalam air. Oleh karena itu, daya tembus cahaya ke dalam air sangat
menentukan tingkat kesuburan air. (Gusrina, 2008).
Kekeruhan
pada perairan yang tergenang misalnya danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan
tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus. Kekeruhan yang
tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya
pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi
cahaya ke dalam air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha
penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air
(Effendi, 2003).
2.2.6 Pasang Surut
Pasang
surut merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap
kehidupan biota laut, khususnya di wilayah pantai. Proses terjadinya saat akan
memendek secara perlahan – lahan (paras air sedang naik) dan pada saat yang
lain akan memanjang kembali. Tinggi rendahnya paras laut ini diukur dari suatu
paras panutan yang telah ditentukan sendiri yang dinamakan datum. Datum ini
biasanya ditentukan pada tingkat air rendah pada pasut bulan penuh atau purnama
biasa. Jadi kalau air rendah yang terjadi pada pasut purnama luar biasa maka
paras laut akan terletak di bawah datum (Romimahtarto, 2009).
Adanya gaya gravitasi dari matahari dan bulan yang merupakan
suatu sistem rotasi yang berpasangan dapat menyebabkan gangguan terhadap
permukaan air di bumi. (Nurjaya, 1991)
2.2.7 Gelombang
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas
permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air.
Angin yang bertiup di permukaan laut mula – mula menimbulkan riak gelombang (ripples).
Jika kemudian angin berhenti bertiup maka riak gelombang akan hilang dan
permukaan laut merata kembali. Tetapi jika angin ini bertiup lama maka riak
gelombang membesar terus walaupun kemudian angin berhenti bertiup. Ombak yang
sederhana dapat dilihat sebagai alun (swell) yang terjadi pada keadaan
laut tenang. Jika diperhatikan, alun ini mempunyai puncak – puncak (crests)
dan lembah – lembah (troughs). Selagi gelombang berjalan bergerak di
air, jarak antara dua titik serupa yang berurutan yakni antara satu puncak dan
pucak berikutnya atau pada antara satu lembah dan lembah berikutnya dinamakan
panjang gelombang (Romimahtarto, 2009).
Gelombang
disebabkan oleh adanya gangguan terhadap air yang dapat disebabkan oleh gesekan
aliran angin yang bertiup di atas permukaan air (wind wives), kejutan terhadap
kolam air (tsunami waves), adanya gaya tarik menarik antara bulan dan matahari
(tide waves). (Nurjaya, 1991)
2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH
Biasanya pH air larutan 7,6 – 8,3 dan terutama mengandung
ion HCO3-. pH tetap konstan yaitu 7,6 – 8,3. Fakta inilah
yang menjamin berbagai jenis ikan laut dapat hidup. Pengukuran pH air laut itu
sulit, sebab adanya pengaruh temperatur dan salinitas. Bila temperatur naik atau
tekanan naik maka proses disosiasi itu merubah konstanta disosiasi H2CO3,
dan akibatnya pH turun dan kadar oksigen juga turun (Brotowidjoyo dkk, 1999).
Jika pH air laut turun makan kadar H+ naik,
keadaan ini akan menghasilkan kadar relatif H2CO3 yang tinggi. Jika pH air laut naik,
maka kadar H+ akan turun yang mengakibatkan kadar ion OH- naik.
Keadaan ini akan menghasilkan kadar relatif CO32- yang tinggi. Dan jika pH air laut normal yaitu
antara pH 7,0 – 8,0 maka akan menghasilkan kadar relatif HCO3-
yang tinggi. (Rahardjo dkk, 1982).
2.3.2 Salinitas
Temperatur
dan salinitas merupakan dua komponen dari sifat – sifat fisika air laut yang
penting. Kedua komponen ini secara langsung di kontrol oleh densitas atau massa
per volume air laut. ( Nurjaya,1991)
Menurut
teori, zat –zat garam tersebut berasal dari dalam dasar laut melalui proses outgassing,
yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk gas ke
permukaan laut. Bersama gas-gas ini, terlarut pula hasil kikisan kerak bumi dan
bersama garam – garam ini merembes pula air, semua dalam perbandingan yang
tetap sehingga terbentuk -garam di laut. Kadar garam ini tetap tidak berubah
sepanjang masa. Artinya kita tidak menjumpai bahwa air laut makin lama makin
asin (Romimahtarto, 2009).
2.3.3 DO (Dissolved Oxygen)
Menurut Odum (1971) menyatakan bahwa kadar
oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan
berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar
oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara
bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan
terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin
berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik. Keperluan organisme terhadap
oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan
oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat
yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di samping
itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik
dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari
suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang
hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung
sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa
air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut (Salmin, 2005).
3. METODOLOGI
3.1
Alat dan fungsi
3.1.1
Parameter Fisika
Alat
yang digunakan dalam praktikum Oseanografi dan fungsinya adalah:
a. Suhu
·
Thermometer : untuk mengukur suhu/ temperatur perairan.
b. Kecepatan
Arus
·
Stopwatch : untuk mengukur waktu pada`saat tali
merenggang.
·
Kompas :
untuk menunjukkan arah arus.
·
Botol bekas air mineral (600 ml) 2 buah : sebagai pemberat
(yang berisi airlokal) dan sebagai pelampung (yang kosong).
·
Tali rafia : sebagai penghubung antara kedua
botol.
c. Kecerahan
·
Secchi disk :
untuk mengukur kecerahan perairan.
·
Penggaris :
untuk mengukur panjang D1 dan D2.
·
Karet gelang : untuk menandai D1 dan D2
d. Pasang
Surut
·
Tide Staff :
untuk mengukur pasang surut.
e. Gelombang
·
Tongkat berskala 2 m : untuk mengukur tinggi gelombang.
·
Stopwatch :
untuk mengukur waktu.
3.1.2
Parameter Kimia
Alat
yang digunakan dalam praktikum oseanografi serta fungsinya adalah:
a. pH
·
Kotak standart : untuk mencocokan perubahan warna yang
terjadi sebagai tempat sampel air laut.
b. Salinitas
·
Refraktometer : untuk mengukur salinitas air laut
·
Pipet tetes : untuk mengambil sampel air laut dalam
jumlah sedikit.
c. Oksigen
terlarut (DO)
·
Water sampler : sebagai wadah untuk mengambil air laut.
·
Botol DO :
sebagai tempat air laut yang diambil sampelnya.
·
Buret
: sebagai tempat Na2S2O3 / tempat titrasi
·
Statif :
sebagai tempat penyangga buret.
·
Pipet tetes :
untuk mengambil larutan dalam hitungan tetes
·
Corong : untuk
membantu memasukkan cairan kedalam wadah.
·
Pipet volume: untuk memindahkan secara tepat suatu volume
tertentu sesuai kapasitas alat.
3.2
Bahan dan Fungsi
3.2.1
Parameter Fisika
Bahan
yang digunakan dalam praktikum Oseanografi serta fungsinya yaitu :
a.
Suhu
·
Sampel air laut : sebagai perairan yang di ukur suhunya.
b. Kecepatan
Arus
·
Sampel air laut : sebagai bahan sampel yang akan di uji.
c. Kecerahan
·
Sampel air laut : sebagai perairan yang di ukur kecerahannya.
d. Pasang
Surut
·
Sampel air laut : sebagai
perairan yang di ukur pasang surutnya.
e. Gelombang
·
Sampel air laut : sebagai
perairan yang di ukur gelombangnya.
3.2.2
Parameter Kimia
Bahan yang digunakan dalam praktikum Oseanografi serta
fungsinya adalah:
a. pH
·
pH paper :
sebagai indikator untuk mengukur asam dan basa.
·
Air laut :
sebagai bahan yang akan diuji.
b. Salinitas
·
Aquades : untuk
mengkalibrasi membran Refraktometer.
·
Air laut :
sebagai sampel yang uji.
·
Tissue : untuk
membersihkan membran Refraktometer.
c. Oksigen
Terlarut (DO)
·
MnSO4 : untuk mengikat O2 bebas di
perairan.
·
NaOH + KI :
melepas I2 dan membentuk endapan coklat.
·
H2SO4 :
sebagai indikator asam dan mengendapkan larutan.
·
Amylum : sebagai
indikator warna ungu dan pengkondisian suasana basa
·
Na2S2O3 : sebagai
penitrasi dan mengikat I2 dengan membentuk 2NaI.
·
Air laut :
sebagai bahan yang di uji.
3.3
Skema Kerja
3.3.1
Parameter Fisika
|
A.
Pengukuran Suhu
![]() |
Ø
Dicelupkan kedalam air selama 3 menit.
Ø
Dilakukan dengan cara membelakangi cahaya matahari.
Ø
Diangkat thermometer.
Ø
Dibaca nilai suhu pada skala dengan cepat.
Ø
|
Dicatat
dalam skala berapa °C.

![]() |
Ø
Diisi air laut pada salah satu botol.
Ø
Diikat dengan botol yang kosong dengan menggunakan tali raffia
sepanjang 30 cm dan diikatkan lagi pada tali raffia sepanjang 1-2 meter.
Ø
Dihitung waktu dengan menggunakan stopwatch saat botol
dijatuhkan ke dalam perairan.
Ø
Dicatat waktu yang ditempuh selama botol dijatuhkan hingga
tali teregang sempurna.
|

![]() |
Ø
Disiapkan secchi disk
Ø
Diturunkan kedalam laut
Ø
Dilihat sampai tidak tampak pertama kali lalu diberi tanda
(D1).
Ø
Diukur panjang D1
dengan tongkat skala
Ø
Dimasukkan kedalam perairan sampai benar-benar tidak
terlihat
Ø
Ditarik pelan-pelan hingga tampak pertama kali dan di beri
tanda D2
Ø
Diukur panjang D2 dengan tongkat skala
Ø
Diangkat kepermukaan
Ø
Dihitung kecerahan dengan rumus : D =

Ø
|
Dicatat
hasil perhitungannya.
|
D.
Pasang Surut
![]() |
Ø
Dipasang pada daerah pasang surut yang masih terendam air
pukul09.01 WIB.
Ø
Dicatat skala awal
Ø
Pukul 14.00 WIB dicatat tinggi permukaan air setelahnya
sebagai t
Ø Dihitung
dengan hasil pengukuran dengan rumus
|
P =

E.
Gelombang
|
Tinggi
gelombang
![]() |
Ø
Ditancapkan tongkat skala dalam air.
Ø
Diukur selisih antara puncak dengan lembah gelombang
(sebagai tinggi gelombang).
Ø
Dilakukan pengukuran sampai dengan 3 kali.
Ø
Dicatat hasil pengamatannya.
|
|
Periode
gelombang
![]() |
Ø
Disiapkan tongkat berskala
Ø
Ditancapkan pada perairan pantai
Ø
Dihitung dengan stopwatch pada puncak pertama menyentuh
tongkat
Ø
Dimatikan ketika datang pucak selajutnya yang menyentuh
tongkat berskala
Ø
|
Dicatat
hasil pengamatannya
3.3.2
Parameter Kimia
|
A.
Pengukuran pH
![]() |
Ø
Dimasukkan pH paper kedalam air sekitar beberapa cm.
Ø
Ditunggu sampai beberapa saat, diangkat pH paper.
Ø
Dikibas-kibaskan sampai setengah kering.
Ø
|
Kemudian
dicocokkan perubahan warnanya dengan kotak standart pH.
|
B.
Pengukuran Salinitas
![]() |
Ø
Dikalibrasi kaca refraktometer dengan aquades menggunakan washing
bottle.
Ø
Dibersihkan dengan tisu pada bagian kaca optiknya secara searah.
Ø
Diambil air sampel dengan pipet tetes.
Ø
Diteteskan pada optik refraktometer sebanyak 1 tetes.
Ø
Ditutup pelan-pelan agar tidak terdapat gelembung udara pada
kaca refraktometer.
Ø
Diarahkan pada arah cahaya matahari.
Ø
Ditentukan salinitas perairan dengan melihat skala pada sisi
kanan atas.
Ø
|
Dicatat
hasil pengamatannya.
![]() |
|
C.
Pengukuran Oksigen Terlarut (DO)
![]() |
Ø
Di ukur dan di catat volume botol DO terlebih dahulu.
Ø
Disiapkan water sampler yang di dalamnya terdapat botol DO
yang telah dihubungkan dengan selang.
Ø
Disumbat salah satu ujung selang yang telah dihubungkan
dengan botol DO.
Ø
Dimasukkan water sampler ke dalam air
Ø
Didekatkan ujung selang di telinga hingga terdengar bunyi
blub yang menandakan botol DO telah terisi penuh.
Ø
Diangkat water sampler.
Ø
Dibuka tutup water sampler, dikeluarkan botol DO yang terisi
penuh dengan air.
Ø
Ditutup botol DO, di bolak-balik, jika masih terdapat
gelembung udara, maka percobaan diulangi lagi.
Ø
Di buka tutup botol yang berisi sample air tersebut
Ø
Di tambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH + KI
Ø
Di bolak-balik dan dibiarkan sampai terjadi endapan coklat
Ø
Di buang air yang bening dan endapan tersisa diberi 2ml H2SO4
pekat dan dikocok sampai larut
Ø
Diberi 2 tetes amilum, dititrasi dengan Na2SO3
0,025 N sampai jernih
Ø
Dicatat ml titran
Ø
Dihitung menggunakan rumus :
DO =

|
4. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Hasil Pengamatan
1.
KECEPATAN
ARUS
a. Data di
ambil pada pukul : 10.09 WIB
b. Panjang
tali yang dipakai (s) : 5
meter
c. Lama
waktu : 10 detik
d. Kecepatan
arus : 0,5
m/detik
e. Arah
arus : dari tenggara menuju barat laut
2.
KECERAHAN
a. Pengukuran
1
Data di
ambil pada pukul : 09.48
WIB
Hasil
pengukuran :
Ø
Kedalaman secchi disk ( mulai tidak tampak): 295 cm
Ø
Kedalaman secchi disk (mulai tampak) : 270
cm
Ø
Nilai kecerahan (rata-rata pengukuran) : 285
cm
b. Pengukuran
2
Data di
ambil pada pukul : 10.17 WIB
Hasil
pengukuran :
Ø
Kedalaman secchi disk ( mulai tidak tampak): 301 cm
Ø
Kedalaman secchi disk (mulai tampak) : 228 cm
Ø
Nilai kecerahan (rata-rata pengukuran) : 264,5 cm
c. Pengukuran
3
Data di
ambil pada pukul : 10.42 WIB
Hasil
pengukuran :
Ø
Kedalaman secchi disk ( mulai tidak tampak): 256 cm
Ø
Kedalaman secchi disk (mulai tampak) : 191 cm
Ø
Nilai kecerahan (rata-rata pengukuran) : 223,5 cm
Rata-rata kecerahan : 256.83
3.
SUHU
a.
Pengukuran
1
Data di ambil pada pukul : 10.01
WIB
Hasil pengukuran : 28 C
b.
Pengukuran
2
Data di ambil pada pukul : 10.20
WIB
Hasil pengukuran :
29 C
c.
Pengukuran
3
Data di ambil pada pukul : 10.46
WIB
Hasil pengukuran :
28 C
Rata-rata suhu :
28,3 C
4.
Salinitas
Hasil
pengukuran :
Nilai salinitas :
30 ppt
5.
Derajat
keasaman (pH)
Hasil
pengukuran :
Nilai pH : 8
6.
Gelombang
Data di ambil pada pukul : 14.20 WIB
Hasil
pengukuran :
1.
Tinggi
Gelombang
Pengukuran
ke
|
I
|
II
|
III
|
Rata-rata
|
Puncak
(cm)
|
121
|
123
|
122
|
|
Lembah
(cm)
|
112
|
114
|
112
|
|
Selisih
(cm)
|
9
|
9
|
10
|
9,3
|
2.
Periode
gelombang
Pengukuran
ke
|
I
|
II
|
III
|
Rata-rata
|
Periode
gelombang (detik)
|
3,78
|
3,41
|
2,72
|
3,15
|
7.
PASANG
SURUT
Hasil
pengukuran :
Skala
awal pada tide staff : 87 cm
Skala
akhir pada tide staff : 12 cm
Selang
waktu pengukuran : 5 jam
Kecepatan pasang surut
: 15 cm/jam
8.
OKSIGEN
TERLARUT
Hasil
pengukuran :
Volume (Titran) : 10 ml
N (Titran) :
0,025
Volume botol DO :
250 ml
DO =

=
=8,13 Nilai
kandungan oksigen di perairan : 8,13 mg/l

4.2
Analisa Prosedur
4.2.1
Parameter Fisika
a. Suhu
Cara pengukuran suhu pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan
alatnya yaitu Thermometer Hg. Setelah dipersiapkan thermometer Hg kemudian
dicelupkan langsung ke dalam laut dengan membelakangi sinar matahari.Biarkan
beberapa saat kemudian diangkat dan secepatnya dibaca nilai suhu pada skala.
Thermometer Hg sebelum terpengaruh oleh suhu sekitar. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran suhu yaitu pada saat pengambilan harus membelakangi
sinar matahari, badan thermometer tidak tersentuh oleh tangan pembaca skala dan
waktu perendaman dalam air selama 2-3 menit.
b. Kecepatan
Arus
Pada pengukuran kecepatan arus, hal pertama yang dilakukan
adalah disiapkan alat dan bahan seperti botol bekas air mineral 600 ml 2 buah,
stopwatch dan kompas sedangkan bahannya adalah tali plastik dan perairan laut.
Setelah menyiapkan alat dan bahan, kemudian ambil 1 botol air mineral, kemudian
isi dengan air laut dan dihubungkan dengan botol kosong menggunakan tali rafia.
Kemudian diikatkan lagi pada tali rafia dan kemudian dihanyutkan mengikuti arus
tidak lupa dicatat waktu yang ditempuh pada panjang tali 5 meter dan dihitung
dengan menggunakan rumus V = s : t
Sebelum
dihanyutkan harus mengetahui arah arus air laut. Setelah itu dicatat hasil
pengamatannya.
c. Kecerahan
Alat yang digunakan pada praktikum kecerahan adalah secchi
disk, tongkat skala dan karet gelang. Pengukuran kecerahan dilakukan sebanyak 3
kali yaitu pukul 09.48 WIB, 10.17 WIB
dan 10.42 WIB.
Cara pengukuran praktikum kecerahan yaitu secchi disk
diturunkan pelan-pelan hingga batas pertama kali tidak tampak, ditandai dengan karet
gelang, dan diukur panjang tali menggunakan tongkat skala, dihitung sebagai D2
dan dicatat kedalamnya, lalu secchi disk diturunkan lebih dalam lagi hingga
benar-benar tidak tampak kemudian ditarik pelan-pelan hingga pertama kali
terlihat, ditandai dengan karet gelang, dan diukur panjang tali dan dihitung
sebagai D. Dicatat kedalamnya. Rata-rata hasil pengukuran tersebut merupakan
nilai kecerahan perairan dihitung dengan rumus :
D =

d. Pasang
Surut
Pada
pengukuran pasang surut alat yang digunakan yaitu tide staff. Tide staff
disiapkan. Tide staff dipasang pada daerah pasang surut yang masih terendam air
pada pukul 09.00 WIB – 14.00 WIB. Kemudian catat tinggi permukaan air pada tide
staff sebagai T0 (cm) kemudian tunggu 5 jam. Setelah 5 jam catat lagi tinggi
permukaan air sebagai T1 (cm) dan kemudian dihitung kecepatan pasang surut
sebagai selisih kedua hasil pengukuran tersebut dengan menggunakan rumus, dan
dicatat ke dalam data.
e.
Gelombang
1. Tinggi
Gelombang
Pada
pengukuran tinggi gelombang, alat yang digunakan yaitu tongkat berskala. Setelah
tongkat disiapkan, bawa tongkat skala di tepi pantai kemudian ditancapkan,
diamati gelombang yang datang dan dicatat berapa tinggi gelombang saat menyentuh
tongkat skala. Cara pengukuran harus dengan hati-hati dan cermat karena
gelombang datang dengan cepat. Pengukuran ini diulangi sebanyak 3x kemudian
catat hasilnya.
2. Periode
gelombang
Tongkat skala yang sudah ditancapkan di perairan pantai
diamati, apabila gelombang datang, stopwatch dinyalakan saat puncak pertama
gelombang menyentuh tongkat skala dan dimatikan saat puncak gelombang
selanjutnya yang menyentuh tongkat skala. Dicatat hasilnya dalam tabel
pengamatan ke-1 dan diulangi langkah-langkah diatas untuk pengamatan 2 dan 3 sehingga
diperoleh hasil rata-rata dari periode gelombang tersebut.
4.2.2
Parameter Kimia
a. pH
Mula-mula
disiapkan alat dan bahan diantaranya pH meter dan sampel air laut. Setelah
diambil sampai air dari laut dengan wadah botol bekas air mineral, selanjutnya
dicelupkan pH paper ke dalam sampel air. Lalu dikibas-kibaskan sampai setengah
kering agar tepat mendapatkan warna akhirnya. Kemudian dicocokkan perubahan
warnanya dengan kotak standar. Selanjutnya dicatat warna apa yang sama dengan
warna kotak standar kemudian dilihat berapa pH tersebut dan dicatat hasilnya.
b. Salinitas
Pada
pengukuran salinitas, hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan
bahan seperti refraktometer. Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur salinitas air, sampelnya adalah air laut. Tisu digunakan untuk
membersihkan lensa refraktometer setelah ditetesi aquades, aquades sendiri
digunakan untuk mengkalibrasi refraktometer dan pipet tetes digunakan untuk
meneteskan aquades ke lensa refraktometer. Diambil sampel air laut dengan
menggunakan pipet tetes dan diteteskan 2 tetes pada membran refraktometer.
Setelah itu ditutup membran dengan penutupnya diusahakan tidak terdapat
gelembung karena akan mempengaruhi pengukuran salinitas. Kemudian diarahkan
refraktometer menuju sumber cahaya agar terlihat dengan jelas, lalu dilihat
langsung nilai salinitasnya yang tertera pada lensa refraktometer (ppt) pada sebelah
kanan dan catat hasilnya.
c. DO
Pada pengukuran DO, disiapkan terlebih dahulu alat dan
bahan. Alat yang digunakan pada pengukuran DO adalah water sampler yang
berfungsi sebagai tempat botol DO, kemudian botol DO yang berfungsi sebagai
tempat sampel air. Buret sebagai tempat titrasi larutan, statistik sebagai
penyangga buret, pipet tetes sebagai alat pengambil larutan dengan volume
kecil, corong berfungsi untuk memasukkan larutan Na-thiosulfat ke dalam buret. Setelah
menyiapkan alat, disiapkan juga bahan. Bahan yang digunakan antara lain NaOH +
KI yang berfungsi untuk membentuk endapat coklat. Alumilum untuk pengkondisian
suasana basa. Na– thiosulfat sebagai larutan titran dan aquades
untuk membersihkan alat-alat. Setelah menyiapkan alat dan bahan tersebut, hal
pertama yang perlu dilakukan adalah membuka tutup water sampler dan selanjutnya
dimasukkan botol DOyang telah dibuka tutupnya sebelum kedalam water sampler. Kemudian
disambung selang pada tutup water sampler dan dimasukkan dalam perairan, lalu diletakkan
selang di dekat telinga dan ditunggu sampai berbunyi “blub”. Kemudian ditutup
ujung selang dan diangkat dari perairan. Kemudian dibuka tutup water sampler,
botol DOditutup dan botol DO diangkat lalu dihomogenkan. Setelah itu menuju
kedaratan. Kemudian ditetesi 2ml larutan MnSo4 untuk mengikat O2
dan melarutkan I2,setelah itu dihomogenkan. Lalu ditetesi 2ml
NaOH+KI untuk mendapatkan endapan coklat lalu dihomogenkan. Ditunggu sampai
cairan bening dan endapan terpisah lalu di buang cairan beningnya, lalu di beri
kertas label agar tidak tertukar dengan yang lainnya. Kemudian ditetesi 2 ml H2SO4
dan dihomogenkan sampai endapan terlarut, lalu ditetesi sebanyak 4 tetes amylum
lalu di titrasi dengan Na2S2O3 0,025N sampai terjadi
perubahan tidak berwarna pertama kali (bening pertama), lalu dicatat ml titran
dan hitung DO dengan rumus :
DO =
kemudian dicatat hasilnya.

4.3
Analisa hasil
4.3.1.
Parameter fisika
a. Suhu
Dari
hasil praktikum tentang pengukuran suhu air laut hasil pengukurannya yaitu,
suhu air laut pada pukul 10.01 WIB adalah 280C, pada pukul 10.20 WIB
adalah 290C dan pada pukul 10.46 WIB adalah 280C. Menurut
Nontji (2007) suhu air permukaan di perairan Nusantara kita umumnya berkisar
antara 28-310C.
b. Kecepatan arus
Dari
data hasil perhitungan kecepatan arus didapatkan nilai yaitu 0,195 m/detik,
dengan arah arus dari timur menuju barat. Menurut Nontji (2007), gerakan air di
permukaan air laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang bertiup di
atasnya. Juga paling tidak ada tiga faktor lain selain angin yaitu bentuk
topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya, gaya coriolis,
dan perbedaan tekanan air.
c.
Kecerahan
Berdasarkan
pengukuran kecerahan pada pukul 09.48 WIB didapatkan hasil 285 cm, pada pukul
10.17 WIB didapatkan hasil 264,5 cm dan pada pukul 10.42 WIB di dapatkan hasil
256.83 cm. Dengan kenaikan sudut datang cahaya matahari semakin besar terjadi
pula penurunan kecerahan yang berarti intensitas cahaya matahari yang masuk di
perairan juga berkurang karena beberapa faktor yaitu : adanya fitoplankton
hidup dengan konsentrasi yang bervariasi, zat organik terlarut yang dihasilkan
dari degradasi fitoplankton (Nyabaken, 1985).
d. Pasang
surut
Dari data perhitungan didapat nilai pasang surut adalah
cm/jam. Pengukuran ini didapatkan pada tidal staf skala awal yaitu 87cm dan
skala akhir 12 cm dengan selang waktu 5 jam dan kecepatan pasang surut adalah
15 cm/jam.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi pasang surut
pada praktikum ini adalah pasang surut rendah. Kisaran pasang surut (tidal
range), yakni perbedaan tinggi air pada saat pasang maksimum dengan tinggi
air pada saat surut minimum, rata – rata berkisar antara 1 hingga 3 m (Nontji,
2007).
e. Gelombang
Pada praktikum hasil pengamatan yang dilakukan sebanyak 3
kali yaitu puncak I = 121 cm, puncak II = 123 cm, puncak III = 122 cm sedangkan
lembah I = 112 cm, lembah II = 114 cm, lembah III = 112 cm. Didapatkan selisih
I = 9 cm, selisih II = 9 cm, selisih III = 10 cm. tinggi gelombang rata-rata
adalah 9,3 cm. Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas
permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air.
Angin yang bertiup di permukaan laut mula-mula menimbulkan riak gelombang
(ripples) (Romimohtarto, 2009).
4.3.2.
Parameter kimia
a. pH
Dari
hasil data dan perhitungan pH, didapatkan nilai pH perairan adalah 8. Ini berarti
kondisi perairan di lokasi praktikum adalah basa. Biasanya pH air larutan 7,6–
8,3 dan terutama mengandung ion HCO3-. pH tetap konstan
yaitu 7,6 – 8,3. Fakta inilah yang menjamin berbagai jenis ikan laut dapat
hidup.Pengukuran pH air laut itusulit, sebab adanya pengaruh temperatur dan salinitas.
Bila temperatur naik atautekanan naik maka proses disosiasi itu merubah
konstanta disosiasi H2CO3, dan akibatnya pH turun dan
kadar oksigen juga turun (Brotowidjoyo dkk, 1999).
b. Salinitas
Dari
hasil pengamatan diperoleh nilai salinitas yaitu 30 ppt. Di perairan samudera,
salinitas biasanya amtara 34-35 ppt.
Di perairan pantai karena terjadi pengenceran,
misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun menjadirendah
(Nontji, 2007).
c. DO
Dari
hasil perhitungan didapatkan nilai DO yaitu 8,13 mg/l. Dan kondisi ini dapat disimpulkan
bahwa kondisi perairan adalah ideal. Kecepatan difusi oksigendari udara,
tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan
massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut, kadaroksigen
dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang
dengan semakin tingginya salinitas (Salmin, 2005).
4.4
Manfaat Di Bidang Perikanan
4.4.1
Parametar Fisika
a. Suhu
Manfaat suhu di bidang perikanan ialah merubah
struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi
fitoplakton, mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak
langsung, suhu air yang layak untuk budidaya air laut adalah 27-32 0C.
Di Indonesia suhu udara rata-rata pada siang hari di berbagai tempat berkisar
antara 28,20C sampai 34,60C dan pada malam hari suhu
berkisar antara 12,80C sampai 300C. Keadaan suhu tersebut
tergantung pada ketinggian tempat dari atas permukaan laut. Suhu air umumnya
beberapa derajat relatif rendah dibanding suhu udara di sekitarnya. Secara umum, suhu air di perairan Indonesia
sangat mendukung bagi pengembangan
budidaya perairan.
b. Kecepatan
Arus
Manfaat arus bagi banyak biota adalah menyangkut
penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembuangan kotoran-kotorannya.
Untuk algae, kekurangan zat-zat kimia dan C02 dapat dipenuhi. Sedangkan
bagi binatang, CO2 dan produk-produk sisa dapat disingkirkan dan O2
tetap tersedia.
Arus juga
memainkan peranan penting bagi penyebaran plakton, baik holoplankton maupun
mesoplankton.
c. Kecerahan
Manfaat kecerahan adalah untuk budidaya perikanan,
kecerahan air yang dipersyaratkan adalah lebih dari 3 m, radiasi matahari
penting dalam melengkapi cahaya yang dibutuhkan tanaman hijau-hijauan untuk dipakai
dalam proses fotosintesa yang merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan
perpindahan populasi hewan laut.
d. Pasang
Surut
Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan
di dalam transportasi laut, kegiatan pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir
pantai, dan lain-lain.
e. Gelombang
Manfaat gelombang adalah dari gerakan air
berpengaruh terhadap pendekatan spora pada substratnya. Karakteristik spora dan
algae yang tumbuh pada daerah berombak dan berarus kuat. Umumnya cepat
tenggelam dan memiliki kemampuan menempel dengan cepat dan kuat. Sebagai
contoh: Euchuma serra, E. Spinossum, Gelidium spp dan Pleroladia
spp. Sementara itu, algae yang tumbuh di daerah yang tenang memiliki
karakteristik spora yang mengandung lapisan lendir dan memiliki ukuran serta
bentuk yang lebih besar. Gerakan air tesebut juga sangat berperan dalam
mempertahankan sirkulasi zat hara yang berguna untuk pertumbuhan.
4.4.2
Parameter Kimia
a. pH
(Derajat Keasaman)
Manfaat pH adalah air laut mempunyai kemampuan
menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH dapat
mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung,
maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah kematian, banyaknya telur. Serta
mengurangi produksi primer. Akibat tidak langsung adalah perubahan toxisitas
zat-zat yang ada dalam air.
b. Salinitas
Keanekaragaman salinitas dalam air laut akan
mempengaruhi jasad-jasad aquatik melalui pengendalian berat jenis dan
keanekaragaman tekanan osmotik.
Pada udang putih pengaruh osmoregulasi, salinitas
yang tinggi juga bisa menyebabkan udang sulit berganti kulit karena kulit udang
cenderung keras.
c. DO
Oksigen terlarut merupakan petunjuk utama tahap
pencemeran air sungai. Keadaan biologikal sungai, penguraian bahan organik
dalam sungai dan tahap purifikasi secara semula. Jadi sungai merupakan faktor
penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh berkembang
yang merupakan indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan
dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.
5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh
beberapa kesimpulan yaitu :
1. Salinitas
adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air.
2. Laut
adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin
3. pH
adalah kepekatan ion-ion yang terlepas dalam suatu perairan.
4. Suhu
mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena penyebaran organisme baik
di lautan maupun perairan tawar dibatasi oleh suatu perairan tersebut.
5. Kecerahan
adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dalam
persen.
6. Arus
adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal sehingga menuju keseimbangan.
7. Gelombang
sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas permukaan laut dan sebagian
lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air.
8. Menurut
teori, zat-zat garam tersebut berasal dari dalam dasar laut melalui proses outgassing,
yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk gas ke
permukaan laut.
9. Oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
10. Pasang
surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik
menarik benda-benda astronomi.
Data
hasil praktikum
Parameter
nilai
-
parameter kimia
1. pH : 8
2. DO : 12,195 mg/l
3. Salinitas
: 31 ppt
-
Parameter fisika
1. Suhu
Ø
Pada pukul 10.45 : 31°C
Ø
Pada pukul 11.45 : 300C
2. Kecepatan arus :
0,195
m/s
3. Gelombang :
15 Cm
4. Kecerahan
Ø
Pukul 10.45 WIB : 329
cm
Ø
Pukul 11.45 WIB : 321,5
cm
5. Pasang surut
Ø
Skala awal pada tide staff = 80 cm
Ø
Skala akhir pada tide staff = 40 cm
Ø
Selang waktu pengukuran = 4 jam
Ø
Kecepatan pasang surut = 10 cm/jam
5.2
Saran
Dari praktikum Oseanografi yang telah dilakukan diharapkan
para praktikan untuk berhati-hati dalam melaksanakan praktikum karena para
praktikan langsung berada di tengah lautan juga berhati-hati dalam menggunakan
alat praktikum karena kebanyakan alat terbuat dari bahan yang mudah pecah.
DAFTAR
PUSTAKA
Arfianti,
Dini.2008. Sifat Optis Air.http// www. Oseanografi_sifat optis air.org.id/
?php./diakses pada tanggal 20 November
2012, pada pukul 13.00 WIB.
Brotowidjoyo
dkk.1999.Ph air laut http://www.kiosbukumurah.com/48/01/66/pengantar-lingkungan-perairan-budidaya-air-mukayat-d-brotowidjoyo.html. Diakses pada tanggal 26 November 2012
Effendi. 2003.Kekeruhan Air Laut.
http://dc173.4shared.com/img/YEwqK7EY/preview.html.Diakses pada 20 November, 2012
Gusrina.2008.Kecerahan dan Kekeruhan Air. http://zonaikan.wordpress.com/2010/06/26/kecerahan-dan-kekeruhan-air/. Diakses pada 20 November 2012.
Nurjaya,
1991.Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Oseanografi.LPIU-MSEP-IPB.
Nybaken,
1985. Biologi Laut. http://dc349.4shared.com/doc/5vTihApy/preview.html. Diakses pada 20 November
2012
Odum,
1971.Oksigen Terlarut.UI.Bogor.hal 213
Rahardjo dan Sanusi,1982.Oceanografi
Perikanan.Jakarta.Petra Jaya.
Romimohtarto,
Kasijan. 2009. Biologi Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Salmin,
2005.Oksigen Terlarut.http// www.salmin-oksigen-terlarut.org.id
/. Diakses pada 20 November 2012.
No comments:
Post a Comment