Pages

Sunday, June 8, 2014

Laporan Oceanografi ku,Yania

1.    PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Oseanografi adalah salah satu bidang ilmu yang masih baru bagi Indonesia, maka kemampuan kita di bidang ini pada umumnya masih terbatas, baik ditinjau dari banyaknya tenaga ahli, sarana maupun prasarana yang diperlukan untuk survey, monitoring, penelitian, analisa dan evaluasi maupun untuk perumusan kebijaksanaannya. (Nurjaya, 1991)
Tidaklah berlebihan jika dikatakan Oseanografi merupakan ilmu dasar yang mempelajari keadaan di laut agar kita dapat memanfaatkan laut untuk kesejahteraan umat manusia pada umumnya dan bangsa Indonesia pada khususnya. (Rahardjo dkk, 1982)
Laut, seperti halnya daratan yang dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut, mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia (Romimohtarto, 2009).

1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum Oseanografi ini adalah agar praktikan dapat mengkaji perilaku cahaya di lautan dengan sifat optis air, mengukur suhu air laut, gelombang, pasang surut air laut, arus, salinitas, pH dan oksigen terlarut (DO).
Tujuan dari praktikum Oseanografi ini adalah praktikan mampu mengaplikasikan dan menjelaskan perilaku cahaya di lautan dengan sifat optis air, mengukur suhu air laut, gelombang, pasang surut air laut, arus, salinitas, pH, dan oksigen terlarut (DO).



1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Oseanografi ini dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 11 November 2012, pukul 09.00 - selesai. Tempat Praktikum Oseanografi ini adalah di Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan, Kota Probolinggo Propinsi Jawa Timur.



















2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Perairan Laut
Ekosistem lautan merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi. Lautan didunia dapat dianggap sebagai satu kesatuan ekosistem dimana serangkaian komunitas dapat dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia air laut di sekelilingnya. Selanjutnya ekosistem yang besar ini dapat dibagi menjadi seksi-seksi atau daerah-daerah yang kecil dimana parameter fisika, kimia yang mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap populasi (Nybakken, 1988).
Laut adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin. Kata laut sudah dikenal sejak dahulu kala oleh bangsa kita dan bahkan oleh bangsa-bangsa di beberapa Negara di Asia Tenggara seperti Filiphina, Malaysia, Thailand, Singapura dan mungkin beberapa suku bangsa lain di kawasan ini. Laut lepas yang luas yang dibatasi oleh benua-benua yang kita kenal sebagai samudera. Di perairan Indonesia, hampir semua bentuk dasar laut dapat ditemukan seperti paparan, lereng, cekungan dan teluk berupa basin dan palung. (Romimohtarto, 2009).

2.2  Parameter Fisika
2.2.1      Suhu
Suhu permukaan laut adalah salah satu sifat lingkungan yang paling mudah diukur di laut.  Itu adalah satu-satunya elemen oseanografi  yang memuaskan untuk diamati dan dilaporkan pada jadwal sinoptik. Informasi pada SST berguna untuk memecahkan berbagai masalah dan di samping itu, SST merupakan indikasi dari kondisi lain dan proses di laut. Dalam mengembangkan sinoptik oseanografi pentingnya pengetahuan tentang distribusi SST sebanding dengan pentingnya pengetahuan distribusi tekanan di atmosfer (Laevastu,1980).




Secara keseluruhan, sebagian besar air samudera itu dingin. Kurang dari 10%volume air laut di muka bumi suhunya lebih dari 100C dan lebih dari 75% suhunya di bawah 40C. Alasan utama dari perbandingan ini adalah karena sinar matahari hanya mampu menembus laut sampai beberapa ratus meter saja. Sedangkan pengaruh penyinaran matahari musiman hanya mencapai kira – kira 100 m. Akibatnya, di samudera terdapat lapisan atas yang relatif hangat yang dihubungkan dengan lapisan transisi mendadak ke air dingin yang merupakan kolom air samudera sisanya. Daerah (lapisan) dengan penurunan suhu cepat ke bawah ini disebut termoklin (Romimohtarto, 2009).
Suhu merupakan parameter laut yang sangat penting. Oleh karena itu, pada setiap penelitian oseanografi pengukuran suhu air laut selalu dilakukan. Pentingnya mengetahui suhu perairan ialah untuk mempelajari proses-proses fisika, kimia maupun biologi di laut. Sebagai gambaran, arus yang merupakan suatu proses fisika laut dapat terjadi karena adanya perbedaan densitas atau kepadatan massa-massa air yang sangat ditentukan oleh suhu. Beberapa faktor yang mempengaruhi suhu laut ialah radiasi matahari, penguapan, proses kimia, pergerakan arus dan panas yang berasal dari pusat bumi. (Rahardjo dkk, 1982)
2.2.2      Kecepatan arus
Arus laut permukaan merupakan pencerminan langsung dari pola angin yang bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan ini digerakkan oleh angin. Air di lapisan bawahnya ikut terbawa, karena adanya gaya coriolis (coriolis force), yakni gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi, maka arus di permukaan laut berbelok ke kanan dari arah angin dan arus di lapisan bawahnya akan berbelok lebih ke kanan lagi dari arah arus permukaan. Ini terjadi di belahan bumi utara. Di belahan bumi selatan terjadi hal sebaliknya (Romimahtarto, 2009).
Arus adalah suatu gerak air yang menyebabkan air pemukaan berpindah secara horizontal. Massa air permukaan gerakannya berbeda dengan massa air dalam, yang mana gerakan masa air permukaan dipengaruhi oleh angin, sedangkan gerakan massa air dalam tidak dipengaruhi oleh angin. (Nybakken, 1988).

2.2.3      Kecerahan
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Secchi disk dikembangkan oleh Profesor Secchi sekitar abad 19 yang berusaha menghitung tingkat kekeruhan air secara kuantitatif. Tingkat kekeruhan air tersebut dinyatakan dengan suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk ( Effendi, 2003).

2.2.4 Sifat Optis Air
              Fenomena umum optik sering disebabkan oleh interaksi dari cahaya matahari atau bulan dengan atmosfer, awan, air, atau debu dan material lainnya. Satu contoh umum yaitu pelangi, ketika cahaya matahari dipantulkan dan dibiaskan oleh tetesan-tetesan air. Beberapa seperti sinar hijau, sangat jarang terjadi sehingga kadang terpikir seperti cerita dongeng. Lain-lain seperti fatamorgana, umum terjadi di lokasi tertentu (Afrianti, 2008).
              Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari Semakin lama matahari berada. Sifat optis air dimiliki semakin besar sudut datang semakin besar.Intensitas matahari semakin besar maka sifat optis air akan bervariasi (Nybaken, 1985).

2.2.5 Kekeruhan
Kekeruhan air dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan atau disebut juga dengan intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari di dalam air berfungsi terutama untuk kegiatan asimilasi fito/ tanaman di dalam air. Oleh karena itu, daya tembus cahaya ke dalam air sangat menentukan tingkat kesuburan air. (Gusrina, 2008).
Kekeruhan pada perairan yang tergenang misalnya danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air (Effendi, 2003).
2.2.6 Pasang Surut
               Pasang surut merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan biota laut, khususnya di wilayah pantai. Proses terjadinya saat akan memendek secara perlahan – lahan (paras air sedang naik) dan pada saat yang lain akan memanjang kembali. Tinggi rendahnya paras laut ini diukur dari suatu paras panutan yang telah ditentukan sendiri yang dinamakan datum. Datum ini biasanya ditentukan pada tingkat air rendah pada pasut bulan penuh atau purnama biasa. Jadi kalau air rendah yang terjadi pada pasut purnama luar biasa maka paras laut akan terletak di bawah datum (Romimahtarto, 2009).
Adanya gaya gravitasi dari matahari dan bulan yang merupakan suatu sistem rotasi yang berpasangan dapat menyebabkan gangguan terhadap permukaan air di bumi. (Nurjaya, 1991)
2.2.7  Gelombang
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air. Angin yang bertiup di permukaan laut mula – mula menimbulkan riak gelombang (ripples). Jika kemudian angin berhenti bertiup maka riak gelombang akan hilang dan permukaan laut merata kembali. Tetapi jika angin ini bertiup lama maka riak gelombang membesar terus walaupun kemudian angin berhenti bertiup. Ombak yang sederhana dapat dilihat sebagai alun (swell) yang terjadi pada keadaan laut tenang. Jika diperhatikan, alun ini mempunyai puncak – puncak (crests) dan lembah – lembah (troughs). Selagi gelombang berjalan bergerak di air, jarak antara dua titik serupa yang berurutan yakni antara satu puncak dan pucak berikutnya atau pada antara satu lembah dan lembah berikutnya dinamakan panjang gelombang (Romimahtarto, 2009).
Gelombang disebabkan oleh adanya gangguan terhadap air yang dapat disebabkan oleh gesekan aliran angin yang bertiup di atas permukaan air (wind wives), kejutan terhadap kolam air (tsunami waves), adanya gaya tarik menarik antara bulan dan matahari (tide waves). (Nurjaya, 1991)
2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH
Biasanya pH air larutan 7,6 – 8,3 dan terutama mengandung ion HCO3-. pH tetap konstan yaitu 7,6 – 8,3. Fakta inilah yang menjamin berbagai jenis ikan laut dapat hidup. Pengukuran pH air laut itu sulit, sebab adanya pengaruh temperatur dan salinitas. Bila temperatur naik atau tekanan naik maka proses disosiasi itu merubah konstanta disosiasi H2CO3, dan akibatnya pH turun dan kadar oksigen juga turun (Brotowidjoyo dkk, 1999).
Jika pH air laut turun makan kadar H+ naik, keadaan ini akan menghasilkan kadar relatif H2COyang tinggi. Jika pH air laut naik, maka kadar H+ akan turun yang mengakibatkan kadar ion OH- naik. Keadaan ini akan menghasilkan kadar relatif CO32-  yang tinggi. Dan jika pH air laut normal yaitu antara pH 7,0 – 8,0 maka akan menghasilkan kadar relatif HCO3- yang tinggi. (Rahardjo dkk, 1982).
2.3.2 Salinitas
Temperatur dan salinitas merupakan dua komponen dari sifat – sifat fisika air laut yang penting. Kedua komponen ini secara langsung di kontrol oleh densitas atau massa per volume air laut. ( Nurjaya,1991)
Menurut teori, zat –zat garam tersebut berasal dari dalam dasar laut melalui proses outgassing, yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk gas ke permukaan laut. Bersama gas-gas ini, terlarut pula hasil kikisan kerak bumi dan bersama garam – garam ini merembes pula air, semua dalam perbandingan yang tetap sehingga terbentuk -garam di laut. Kadar garam ini tetap tidak berubah sepanjang masa. Artinya kita tidak menjumpai bahwa air laut makin lama makin asin (Romimahtarto, 2009).

2.3.3 DO (Dissolved Oxygen)
Menurut Odum (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut (Salmin, 2005).





3.    METODOLOGI

3.1 Alat dan fungsi
3.1.1 Parameter Fisika
Alat yang digunakan dalam praktikum Oseanografi dan fungsinya adalah:
a.    Suhu
·         Thermometer : untuk mengukur suhu/ temperatur perairan.
b.    Kecepatan Arus
·         Stopwatch            : untuk mengukur waktu pada`saat tali merenggang.
·         Kompas                : untuk menunjukkan arah arus.
·         Botol bekas air mineral (600 ml) 2 buah : sebagai pemberat (yang berisi airlokal) dan sebagai pelampung (yang kosong).
·         Tali rafia            : sebagai penghubung antara kedua botol.
c.    Kecerahan
·         Secchi disk       : untuk mengukur kecerahan perairan.
·         Penggaris         : untuk mengukur panjang D1 dan D2.
·         Karet gelang : untuk menandai D1 dan D2
d.    Pasang Surut
·         Tide Staff          : untuk mengukur pasang surut.
e.    Gelombang
·         Tongkat berskala 2 m : untuk mengukur tinggi gelombang.
·         Stopwatch        : untuk mengukur waktu.

3.1.2 Parameter Kimia
Alat yang digunakan dalam praktikum oseanografi serta fungsinya adalah:
a.    pH
·         Kotak standart : untuk mencocokan perubahan warna yang terjadi sebagai tempat sampel air laut.
b.    Salinitas
·         Refraktometer : untuk mengukur salinitas air laut
·         Pipet tetes            : untuk mengambil sampel air laut dalam jumlah sedikit.
c.    Oksigen terlarut (DO)
·         Water sampler : sebagai wadah untuk mengambil air laut.
·         Botol DO           : sebagai tempat air laut yang diambil sampelnya.
·         Buret                 : sebagai tempat Na2S2O3 / tempat titrasi
·         Statif                 : sebagai tempat penyangga buret.
·         Pipet tetes         : untuk mengambil larutan dalam hitungan tetes
·         Corong  : untuk membantu memasukkan cairan kedalam wadah.
·         Pipet volume: untuk memindahkan secara tepat suatu volume tertentu sesuai kapasitas alat.

3.2 Bahan dan Fungsi
3.2.1 Parameter Fisika
Bahan yang digunakan dalam praktikum Oseanografi serta fungsinya yaitu :
a.    Suhu
·            Sampel air laut : sebagai perairan yang di ukur suhunya.
b.    Kecepatan Arus
·           Sampel air laut : sebagai bahan sampel yang akan di uji.
c.    Kecerahan
·         Sampel air laut            : sebagai perairan yang di ukur kecerahannya.
d.    Pasang Surut
·         Sampel air laut            : sebagai perairan yang di ukur pasang surutnya.
e.    Gelombang
·         Sampel air laut            : sebagai perairan yang di ukur gelombangnya.


3.2.2 Parameter Kimia
Bahan yang digunakan dalam praktikum Oseanografi serta fungsinya adalah:
a.    pH
·      pH paper            : sebagai indikator untuk mengukur asam dan basa.
·      Air laut                : sebagai bahan yang akan diuji.
b.    Salinitas
·      Aquades : untuk mengkalibrasi membran Refraktometer.
·      Air laut                : sebagai sampel yang uji.
·      Tissue                 : untuk membersihkan membran Refraktometer.

c.    Oksigen Terlarut (DO)
·      MnSO4               : untuk mengikat O2 bebas di perairan.
·      NaOH + KI         : melepas I2 dan membentuk endapan coklat.
·      H2SO4                : sebagai indikator asam dan mengendapkan larutan.
·      Amylum : sebagai indikator warna ungu dan pengkondisian suasana basa
·      Na2S2O3            : sebagai penitrasi dan mengikat I2 dengan membentuk 2NaI.
·      Air laut                : sebagai bahan yang di uji.






3.3 Skema Kerja
3.3.1 Parameter Fisika
Thermometer
 
A. Pengukuran Suhu
 


Ø  Dicelupkan kedalam air selama 3 menit.
Ø  Dilakukan dengan cara membelakangi cahaya matahari.
Ø  Diangkat thermometer.
Ø  Dibaca nilai suhu pada skala dengan cepat.
Ø 
Hasil

 
Dicatat dalam skala berapa °C.


Rounded Rectangle: Rangkaian dua botol air mineral 600 ml

B. Pengukuran Kecepatan Arus
 


Ø  Diisi air laut pada salah satu botol.
Ø  Diikat dengan botol yang kosong dengan menggunakan tali raffia sepanjang 30 cm dan diikatkan lagi pada tali raffia sepanjang 1-2 meter.
Ø  Dihitung waktu dengan menggunakan stopwatch saat botol dijatuhkan ke dalam perairan.
Ø  Dicatat waktu yang ditempuh selama botol dijatuhkan hingga tali teregang sempurna.
Hasil

 
 







Rounded Rectangle: Secchi disk

C. Pengukuran Kecerahan
 


Ø  Disiapkan secchi disk
Ø  Diturunkan kedalam laut
Ø  Dilihat sampai tidak tampak pertama kali lalu diberi tanda (D1).
Ø  Diukur panjang  D1 dengan tongkat skala
Ø  Dimasukkan kedalam perairan sampai benar-benar tidak terlihat
Ø  Ditarik pelan-pelan hingga tampak pertama kali dan di beri tanda D2
Ø  Diukur panjang D2 dengan tongkat skala
Ø  Diangkat kepermukaan
Ø  Dihitung kecerahan dengan rumus :     D =
Ø 
Hasil


 
Dicatat hasil perhitungannya.

Tide Staff
 
D. Pasang Surut
 


Ø  Dipasang pada daerah pasang surut yang masih terendam air pukul09.01 WIB.
Ø  Dicatat skala awal
Ø  Pukul 14.00 WIB dicatat tinggi permukaan air setelahnya sebagai t
Ø  Dihitung dengan hasil pengukuran dengan rumus
Hasil


 
 


P =




E. Gelombang
Tongkat berskala 2 m

 
Tinggi gelombang
 


Ø  Ditancapkan tongkat skala dalam air.
Ø  Diukur selisih antara puncak dengan lembah gelombang (sebagai tinggi gelombang).
Ø  Dilakukan pengukuran sampai dengan 3 kali.
Ø  Dicatat hasil pengamatannya.
Hasil


 
 




Tongkat berskala 2 m


 
Periode gelombang

 


Ø  Disiapkan tongkat berskala
Ø  Ditancapkan pada perairan pantai
Ø  Dihitung dengan stopwatch pada puncak pertama menyentuh tongkat
Ø  Dimatikan ketika datang pucak selajutnya yang menyentuh tongkat berskala
Ø 
Hasil



 
Dicatat hasil pengamatannya







3.3.2 Parameter Kimia
pH Paper
 
A. Pengukuran pH
 


Ø  Dimasukkan pH paper kedalam air sekitar beberapa cm.
Ø  Ditunggu sampai beberapa saat, diangkat pH paper.
Ø  Dikibas-kibaskan sampai setengah kering.
Ø 
Hasil
 
Kemudian dicocokkan perubahan warnanya dengan kotak standart pH.

Refraktometer
 
B. Pengukuran Salinitas
 


Ø  Dikalibrasi kaca refraktometer dengan aquades menggunakan washing bottle.
Ø  Dibersihkan dengan tisu pada bagian kaca optiknya secara searah.
Ø  Diambil air sampel dengan pipet tetes.
Ø  Diteteskan pada optik refraktometer sebanyak 1 tetes.
Ø  Ditutup pelan-pelan agar tidak terdapat gelembung udara pada kaca refraktometer.
Ø  Diarahkan pada arah cahaya matahari.
Ø  Ditentukan salinitas perairan dengan melihat skala pada sisi kanan atas.
Ø 
Hasil

 
Dicatat hasil pengamatannya.




 


Water Sampler
 
C. Pengukuran Oksigen Terlarut (DO)
 


Ø  Di ukur dan di catat volume botol DO terlebih dahulu.
Ø  Disiapkan water sampler yang di dalamnya terdapat botol DO yang telah dihubungkan dengan selang.
Ø  Disumbat salah satu ujung selang yang telah dihubungkan dengan botol DO.
Ø  Dimasukkan water sampler ke dalam air
Ø  Didekatkan ujung selang di telinga hingga terdengar bunyi blub yang menandakan botol DO telah terisi penuh.
Ø  Diangkat water sampler.
Ø  Dibuka tutup water sampler, dikeluarkan botol DO yang terisi penuh dengan air.
Ø  Ditutup botol DO, di bolak-balik, jika masih terdapat gelembung udara, maka percobaan diulangi lagi.
Ø  Di buka tutup botol yang berisi sample air tersebut
Ø  Di tambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH + KI
Ø  Di bolak-balik dan dibiarkan sampai terjadi endapan coklat
Ø  Di buang air yang bening dan endapan tersisa diberi 2ml H2SO4 pekat dan dikocok sampai larut
Ø  Diberi 2 tetes amilum, dititrasi dengan Na2SO3 0,025 N sampai jernih
Ø  Dicatat ml titran
Ø  Dihitung menggunakan rumus :
DO =
Hasil
 
 







4.    HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan
1.   KECEPATAN ARUS
a.      Data di ambil pada pukul                : 10.09 WIB
b.      Panjang tali yang dipakai (s)          : 5 meter
c.      Lama waktu                                                : 10 detik
d.      Kecepatan arus                              : 0,5 m/detik
e.      Arah arus                                                    : dari tenggara menuju barat laut

2.   KECERAHAN
a.   Pengukuran 1
Data di ambil pada pukul        : 09.48 WIB
            Hasil pengukuran :
Ø  Kedalaman secchi disk ( mulai tidak tampak): 295 cm
Ø  Kedalaman secchi disk (mulai tampak)         : 270 cm
Ø  Nilai kecerahan (rata-rata pengukuran)          : 285 cm
b.   Pengukuran 2
Data di ambil pada pukul : 10.17 WIB
            Hasil pengukuran :
Ø  Kedalaman secchi disk ( mulai tidak tampak): 301 cm
Ø  Kedalaman secchi disk (mulai tampak)         : 228 cm
Ø  Nilai kecerahan (rata-rata pengukuran)          : 264,5 cm
c.   Pengukuran 3
Data di ambil pada pukul : 10.42 WIB

            Hasil pengukuran :
Ø  Kedalaman secchi disk ( mulai tidak tampak): 256 cm
Ø  Kedalaman secchi disk (mulai tampak)         : 191 cm
Ø  Nilai kecerahan (rata-rata pengukuran)          : 223,5 cm
Rata-rata kecerahan                                                 : 256.83

3.    SUHU
a.    Pengukuran 1
Data di ambil pada pukul      : 10.01 WIB
Hasil pengukuran                  : 28 C
b.    Pengukuran 2
Data di ambil pada pukul      : 10.20 WIB
Hasil pengukuran                  : 29 C
c.    Pengukuran 3
Data di ambil pada pukul      : 10.46 WIB
Hasil pengukuran                  : 28 C 
Rata-rata suhu                       : 28,3 C
4.    Salinitas
Hasil pengukuran         :
Nilai salinitas                   : 30 ppt


5.    Derajat keasaman (pH)
Hasil pengukuran         :
Nilai pH                           : 8








6.    Gelombang
Data di ambil pada pukul : 14.20 WIB
Hasil pengukuran :
1.    Tinggi Gelombang
Pengukuran ke
I
II
III
Rata-rata
Puncak (cm)
121
123
122
Lembah (cm)
112
114
112
Selisih (cm)
9
9
10
9,3

2.    Periode gelombang
Pengukuran ke
I
II
III
Rata-rata
Periode gelombang (detik)
3,78
3,41
2,72
3,15

7.    PASANG SURUT
Hasil pengukuran                     :
Skala awal pada tide staff          : 87 cm
Skala akhir pada tide staff          : 12 cm
Selang waktu pengukuran          : 5 jam
Kecepatan pasang surut                    : 15 cm/jam
8.    OKSIGEN TERLARUT
Hasil pengukuran         :
Volume (Titran)   : 10 ml
N (Titran)                        : 0,025
Volume botol DO            : 250 ml

DO      =
            = =8,13                                   Nilai kandungan oksigen di perairan : 8,13 mg/l
4.2 Analisa Prosedur
4.2.1 Parameter Fisika
a.    Suhu
Cara pengukuran suhu pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan alatnya yaitu Thermometer Hg. Setelah dipersiapkan thermometer Hg kemudian dicelupkan langsung ke dalam laut dengan membelakangi sinar matahari.Biarkan beberapa saat kemudian diangkat dan secepatnya dibaca nilai suhu pada skala. Thermometer Hg sebelum terpengaruh oleh suhu sekitar. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran suhu yaitu pada saat pengambilan harus membelakangi sinar matahari, badan thermometer tidak tersentuh oleh tangan pembaca skala dan waktu perendaman dalam air selama 2-3 menit.

b.    Kecepatan Arus
Pada pengukuran kecepatan arus, hal pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan seperti botol bekas air mineral 600 ml 2 buah, stopwatch dan kompas sedangkan bahannya adalah tali plastik dan perairan laut. Setelah menyiapkan alat dan bahan, kemudian ambil 1 botol air mineral, kemudian isi dengan air laut dan dihubungkan dengan botol kosong menggunakan tali rafia. Kemudian diikatkan lagi pada tali rafia dan kemudian dihanyutkan mengikuti arus tidak lupa dicatat waktu yang ditempuh pada panjang tali 5 meter dan dihitung dengan menggunakan rumus V = s : t
Sebelum dihanyutkan harus mengetahui arah arus air laut. Setelah itu dicatat hasil pengamatannya.

c.    Kecerahan
Alat yang digunakan pada praktikum kecerahan adalah secchi disk, tongkat skala dan karet gelang. Pengukuran kecerahan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pukul 09.48 WIB, 10.17 WIB  dan 10.42 WIB.
Cara pengukuran praktikum kecerahan yaitu secchi disk diturunkan pelan-pelan hingga batas pertama kali tidak tampak, ditandai dengan karet gelang, dan diukur panjang tali menggunakan tongkat skala, dihitung sebagai D2 dan dicatat kedalamnya, lalu secchi disk diturunkan lebih dalam lagi hingga benar-benar tidak tampak kemudian ditarik pelan-pelan hingga pertama kali terlihat, ditandai dengan karet gelang, dan diukur panjang tali dan dihitung sebagai D. Dicatat kedalamnya. Rata-rata hasil pengukuran tersebut merupakan nilai kecerahan perairan dihitung dengan rumus :
D =

d.    Pasang Surut
Pada pengukuran pasang surut alat yang digunakan yaitu tide staff. Tide staff disiapkan. Tide staff dipasang pada daerah pasang surut yang masih terendam air pada pukul 09.00 WIB – 14.00 WIB. Kemudian catat tinggi permukaan air pada tide staff sebagai T0 (cm) kemudian tunggu 5 jam. Setelah 5 jam catat lagi tinggi permukaan air sebagai T1 (cm) dan kemudian dihitung kecepatan pasang surut sebagai selisih kedua hasil pengukuran tersebut dengan menggunakan rumus, dan dicatat ke dalam data.

e.    Gelombang
1.    Tinggi Gelombang
Pada pengukuran tinggi gelombang, alat yang digunakan yaitu tongkat berskala. Setelah tongkat disiapkan, bawa tongkat skala di tepi pantai kemudian ditancapkan, diamati gelombang yang datang dan dicatat berapa tinggi gelombang saat menyentuh tongkat skala. Cara pengukuran harus dengan hati-hati dan cermat karena gelombang datang dengan cepat. Pengukuran ini diulangi sebanyak 3x kemudian catat hasilnya.


2.    Periode gelombang
Tongkat skala yang sudah ditancapkan di perairan pantai diamati, apabila gelombang datang, stopwatch dinyalakan saat puncak pertama gelombang menyentuh tongkat skala dan dimatikan saat puncak gelombang selanjutnya yang menyentuh tongkat skala. Dicatat hasilnya dalam tabel pengamatan ke-1 dan diulangi langkah-langkah diatas untuk pengamatan 2 dan 3 sehingga diperoleh hasil rata-rata dari periode gelombang tersebut.

4.2.2 Parameter Kimia
a.    pH
Mula-mula disiapkan alat dan bahan diantaranya pH meter dan sampel air laut. Setelah diambil sampai air dari laut dengan wadah botol bekas air mineral, selanjutnya dicelupkan pH paper ke dalam sampel air. Lalu dikibas-kibaskan sampai setengah kering agar tepat mendapatkan warna akhirnya. Kemudian dicocokkan perubahan warnanya dengan kotak standar. Selanjutnya dicatat warna apa yang sama dengan warna kotak standar kemudian dilihat berapa pH tersebut dan dicatat hasilnya.

b.    Salinitas
Pada pengukuran salinitas, hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan seperti refraktometer. Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur salinitas air, sampelnya adalah air laut. Tisu digunakan untuk membersihkan lensa refraktometer setelah ditetesi aquades, aquades sendiri digunakan untuk mengkalibrasi refraktometer dan pipet tetes digunakan untuk meneteskan aquades ke lensa refraktometer. Diambil sampel air laut dengan menggunakan pipet tetes dan diteteskan 2 tetes pada membran refraktometer. Setelah itu ditutup membran dengan penutupnya diusahakan tidak terdapat gelembung karena akan mempengaruhi pengukuran salinitas. Kemudian diarahkan refraktometer menuju sumber cahaya agar terlihat dengan jelas, lalu dilihat langsung nilai salinitasnya yang tertera pada lensa refraktometer (ppt) pada sebelah kanan dan catat hasilnya.

c.    DO
Pada pengukuran DO, disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan. Alat yang digunakan pada pengukuran DO adalah water sampler yang berfungsi sebagai tempat botol DO, kemudian botol DO yang berfungsi sebagai tempat sampel air. Buret sebagai tempat titrasi larutan, statistik sebagai penyangga buret, pipet tetes sebagai alat pengambil larutan dengan volume kecil, corong berfungsi untuk memasukkan larutan Na-thiosulfat ke dalam buret. Setelah menyiapkan alat, disiapkan juga bahan. Bahan yang digunakan antara lain NaOH + KI yang berfungsi untuk membentuk endapat coklat. Alumilum untuk pengkondisian suasana basa. Na thiosulfat sebagai larutan titran dan aquades untuk membersihkan alat-alat. Setelah menyiapkan alat dan bahan tersebut, hal pertama yang perlu dilakukan adalah membuka tutup water sampler dan selanjutnya dimasukkan botol DOyang telah dibuka tutupnya sebelum kedalam water sampler. Kemudian disambung selang pada tutup water sampler dan dimasukkan dalam perairan, lalu diletakkan selang di dekat telinga dan ditunggu sampai berbunyi “blub”. Kemudian ditutup ujung selang dan diangkat dari perairan. Kemudian dibuka tutup water sampler, botol DOditutup dan botol DO diangkat lalu dihomogenkan. Setelah itu menuju kedaratan. Kemudian ditetesi 2ml larutan MnSo4 untuk mengikat O2 dan melarutkan I2,setelah itu dihomogenkan. Lalu ditetesi 2ml NaOH+KI untuk mendapatkan endapan coklat lalu dihomogenkan. Ditunggu sampai cairan bening dan endapan terpisah lalu di buang cairan beningnya, lalu di beri kertas label agar tidak tertukar dengan yang lainnya. Kemudian ditetesi 2 ml H2SO4 dan dihomogenkan sampai endapan terlarut, lalu ditetesi sebanyak 4 tetes amylum lalu di titrasi dengan Na2S2O3 0,025N sampai terjadi perubahan tidak berwarna pertama kali (bening pertama), lalu dicatat ml titran dan hitung DO dengan rumus :          
DO =     kemudian dicatat hasilnya.



4.3 Analisa hasil
4.3.1. Parameter fisika
a.   Suhu
Dari hasil praktikum tentang pengukuran suhu air laut hasil pengukurannya yaitu, suhu air laut pada pukul 10.01 WIB adalah 280C, pada pukul 10.20 WIB adalah 290C dan pada pukul 10.46 WIB adalah 280C. Menurut Nontji (2007) suhu air permukaan di perairan Nusantara kita umumnya berkisar antara 28-310C.

b.   Kecepatan arus
Dari data hasil perhitungan kecepatan arus didapatkan nilai yaitu 0,195 m/detik, dengan arah arus dari timur menuju barat. Menurut Nontji (2007), gerakan air di permukaan air laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang bertiup di atasnya. Juga paling tidak ada tiga faktor lain selain angin yaitu bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya, gaya coriolis, dan perbedaan tekanan air.

c.   Kecerahan
Berdasarkan pengukuran kecerahan pada pukul 09.48 WIB didapatkan hasil 285 cm, pada pukul 10.17 WIB didapatkan hasil 264,5 cm dan pada pukul 10.42 WIB di dapatkan hasil 256.83 cm. Dengan kenaikan sudut datang cahaya matahari semakin besar terjadi pula penurunan kecerahan yang berarti intensitas cahaya matahari yang masuk di perairan juga berkurang karena beberapa faktor yaitu : adanya fitoplankton hidup dengan konsentrasi yang bervariasi, zat organik terlarut yang dihasilkan dari degradasi fitoplankton (Nyabaken, 1985).

d.  Pasang surut
Dari data perhitungan didapat nilai pasang surut adalah cm/jam. Pengukuran ini didapatkan pada tidal staf skala awal yaitu 87cm dan skala akhir 12 cm dengan selang waktu 5 jam dan kecepatan pasang surut adalah 15 cm/jam.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi pasang surut pada praktikum ini adalah pasang surut rendah. Kisaran pasang surut (tidal range), yakni perbedaan tinggi air pada saat pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut minimum, rata – rata berkisar antara 1 hingga 3 m (Nontji, 2007).

e.   Gelombang
Pada praktikum hasil pengamatan yang dilakukan sebanyak 3 kali yaitu puncak I = 121 cm, puncak II = 123 cm, puncak III = 122 cm sedangkan lembah I = 112 cm, lembah II = 114 cm, lembah III = 112 cm. Didapatkan selisih I = 9 cm, selisih II = 9 cm, selisih III = 10 cm. tinggi gelombang rata-rata adalah 9,3 cm. Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air. Angin yang bertiup di permukaan laut mula-mula menimbulkan riak gelombang (ripples) (Romimohtarto, 2009).

4.3.2. Parameter kimia
a.    pH
Dari hasil data dan perhitungan pH, didapatkan nilai pH perairan adalah 8. Ini berarti kondisi perairan di lokasi praktikum adalah basa. Biasanya pH air larutan 7,6– 8,3 dan terutama mengandung ion HCO3-. pH tetap konstan yaitu 7,6 – 8,3. Fakta inilah yang menjamin berbagai jenis ikan laut dapat hidup.Pengukuran pH air laut itusulit, sebab adanya pengaruh temperatur dan salinitas. Bila temperatur naik atautekanan naik maka proses disosiasi itu merubah konstanta disosiasi H2CO3, dan akibatnya pH turun dan kadar oksigen juga turun (Brotowidjoyo dkk, 1999).

b.    Salinitas
Dari hasil pengamatan diperoleh nilai salinitas yaitu 30 ppt. Di perairan samudera, salinitas biasanya amtara 34-35 ppt.
 Di perairan pantai karena terjadi pengenceran, misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun menjadirendah (Nontji, 2007).

c.    DO
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai DO yaitu 8,13 mg/l. Dan kondisi ini dapat disimpulkan bahwa kondisi perairan adalah ideal. Kecepatan difusi oksigendari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut, kadaroksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas (Salmin, 2005).

4.4 Manfaat Di Bidang Perikanan
4.4.1 Parametar Fisika
a.    Suhu
Manfaat suhu di bidang perikanan ialah merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplakton, mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak langsung, suhu air yang layak untuk budidaya air laut adalah 27-32 0C. Di Indonesia suhu udara rata-rata pada siang hari di berbagai tempat berkisar antara 28,20C sampai 34,60C dan pada malam hari suhu berkisar antara 12,80C sampai 300C. Keadaan suhu tersebut tergantung pada ketinggian tempat dari atas permukaan laut. Suhu air umumnya beberapa derajat relatif rendah dibanding suhu udara di sekitarnya.  Secara umum, suhu air di perairan Indonesia sangat mendukung bagi pengembangan  budidaya perairan.

b.    Kecepatan Arus
Manfaat arus bagi banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembuangan kotoran-kotorannya. Untuk algae, kekurangan zat-zat kimia dan C02 dapat dipenuhi. Sedangkan bagi binatang, CO2 dan produk-produk sisa dapat disingkirkan dan O2 tetap tersedia.
 Arus juga memainkan peranan penting bagi penyebaran plakton, baik holoplankton maupun mesoplankton.

c.    Kecerahan
Manfaat kecerahan adalah untuk budidaya perikanan, kecerahan air yang dipersyaratkan adalah lebih dari 3 m, radiasi matahari penting dalam melengkapi cahaya yang dibutuhkan tanaman hijau-hijauan untuk dipakai dalam proses fotosintesa yang merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan perpindahan populasi hewan laut.

d.    Pasang Surut
Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan di dalam transportasi laut, kegiatan pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain.

e.    Gelombang
Manfaat gelombang adalah dari gerakan air berpengaruh terhadap pendekatan spora pada substratnya. Karakteristik spora dan algae yang tumbuh pada daerah berombak dan berarus kuat. Umumnya cepat tenggelam dan memiliki kemampuan menempel dengan cepat dan kuat. Sebagai contoh: Euchuma serra, E. Spinossum, Gelidium spp dan Pleroladia spp. Sementara itu, algae yang tumbuh di daerah yang tenang memiliki karakteristik spora yang mengandung lapisan lendir dan memiliki ukuran serta bentuk yang lebih besar. Gerakan air tesebut juga sangat berperan dalam mempertahankan sirkulasi zat hara yang berguna untuk pertumbuhan.







4.4.2 Parameter Kimia
a.    pH (Derajat Keasaman)
Manfaat pH adalah air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung, maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah kematian, banyaknya telur. Serta mengurangi produksi primer. Akibat tidak langsung adalah perubahan toxisitas zat-zat yang ada dalam air.

b.    Salinitas 
Keanekaragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad-jasad aquatik melalui pengendalian berat jenis dan keanekaragaman tekanan osmotik.
Pada udang putih pengaruh osmoregulasi, salinitas yang tinggi juga bisa menyebabkan udang sulit berganti kulit karena kulit udang cenderung keras.

c.    DO
Oksigen terlarut merupakan petunjuk utama tahap pencemeran air sungai. Keadaan biologikal sungai, penguraian bahan organik dalam sungai dan tahap purifikasi secara semula. Jadi sungai merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh berkembang yang merupakan indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.






5.  PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :
1.    Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air.
2.    Laut adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin
3.    pH adalah kepekatan ion-ion yang terlepas dalam suatu perairan.
4.    Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena penyebaran organisme baik di lautan maupun perairan tawar dibatasi oleh suatu perairan tersebut.
5.    Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dalam persen.
6.    Arus adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal sehingga menuju keseimbangan.
7.    Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air.
8.    Menurut teori, zat-zat garam tersebut berasal dari dalam dasar laut melalui proses outgassing, yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk gas ke permukaan laut.
9.    Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
10.  Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik benda-benda astronomi.


Data hasil praktikum
Parameter nilai
-          parameter kimia
1.    pH                        : 8
2.    DO                       : 12,195 mg/l
3.    Salinitas   : 31 ppt
-          Parameter fisika
1.    Suhu
Ø  Pada pukul 10.45            : 31°C
Ø  Pada pukul 11.45            : 300C
2.    Kecepatan arus               : 0,195 m/s
3.    Gelombang                                  : 15 Cm
4.    Kecerahan
Ø  Pukul 10.45 WIB : 329 cm
Ø  Pukul 11.45 WIB : 321,5 cm
5.    Pasang surut
Ø  Skala awal pada tide staff = 80 cm
Ø  Skala akhir pada tide staff = 40 cm
Ø  Selang waktu pengukuran = 4 jam
Ø  Kecepatan pasang surut = 10 cm/jam
5.2 Saran
Dari praktikum Oseanografi yang telah dilakukan diharapkan para praktikan untuk berhati-hati dalam melaksanakan praktikum karena para praktikan langsung berada di tengah lautan juga berhati-hati dalam menggunakan alat praktikum karena kebanyakan alat terbuat dari bahan yang mudah pecah.




DAFTAR PUSTAKA

Arfianti, Dini.2008. Sifat Optis Air.http// www. Oseanografi_sifat optis air.org.id/ ?php./diakses pada tanggal 20 November  2012, pada pukul 13.00 WIB.
Brotowidjoyo dkk.1999.Ph air laut http://www.kiosbukumurah.com/48/01/66/pengantar-lingkungan-perairan-budidaya-air-mukayat-d-brotowidjoyo.html. Diakses pada tanggal 26 November 2012
Effendi. 2003.Kekeruhan Air Laut. http://dc173.4shared.com/img/YEwqK7EY/preview.html.Diakses pada 20 November, 2012
Gusrina.2008.Kecerahan dan Kekeruhan Air. http://zonaikan.wordpress.com/2010/06/26/kecerahan-dan-kekeruhan-air/. Diakses pada 20 November 2012.
Laevastu, Taivo.1980.Fisheries Oceanography.London.hal.238
Nurjaya, 1991.Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Oseanografi.LPIU-MSEP-IPB.
Nybaken, 1985. Biologi Laut.    http://dc349.4shared.com/doc/5vTihApy/preview.html.  Diakses pada 20 November  2012
Odum, 1971.Oksigen Terlarut.UI.Bogor.hal 213
 Rahardjo dan Sanusi,1982.Oceanografi Perikanan.Jakarta.Petra Jaya.
Romimohtarto, Kasijan. 2009. Biologi Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Salmin, 2005.Oksigen Terlarut.http// www.salmin-oksigen-terlarut.org.id /. Diakses pada 20 November 2012.






No comments:

Post a Comment